Senin, 01 Agustus 2011

jatuh

sesak otakku kini .
mendera terpaan bayangmu.
lelah bejana diriku merasa.
tiada asa yang nyana .

terhempas tangis sang penceritera .
terbius jelaga hampa matamu .

aku terpaku tergores luka .
lalu menangis dalam tawa .

aku terhenyak menatap serpihan asa .
dan memandang buta mereka .

peluh ini penuh membasahi janji .
darah ini telah merasuki benci .

ketika tatapan kosong ini kan segera kembali ..

kuyakin ku kan pergi dari semua siluet halusinasi ..

jeritan nurani (antologi puisi Bengkel Sastra Balai Bahasa Yogyakarta 2008)

Beratap langit kelam jelaga
aku bersimpuh bagai seonggok nyawa tak berharga
beralaskan sajadah doa yang kurasa
menanti ijabah mendesah resah
malam kian menetes satu-satu
ilusi fana membelenggu
nurani diam berteriak
menanti kasihMu

setitik keindahan

terpandanglah langit .
menatapnya yang mulai tertutup kelabu .

Tulisan biru ,
dan tangan tangan kecil yang kadang mengadu .
kini tertunduk dan terpejam.

dalam angannya ia berkata :
kau tersipu mengabu .
di antara getah pilu nestapa.
di kala pelangi senja yang tag terkira adanya .

tersapalah sepi pada matahari .
sapa pada hari yang mau mati .
sapa sang penanti pada lilin yang hampir mati .

mentari pun meneriakkan hampa .
membuyarkan keheningan sang purnama . 
mentari membelai asaku
menerawangku jauh melayang .


aku mengernyitkan dahiku .
sesaat kemudian..

aku tersipu ..

SAAT SENJA MENGIRINGI LAGUKU

hawahawa pelukmu merasuk ke relung jantungku .

ketika itu butiranbutiran mutiara membeku .
dan aku tetap saja merindu.

lentera yang terpancar dari bilik kunangkunang itu menujuku .

ketika itu bintang biru masih saja merenungi malam .
dan aku masih berdiri tanpa pijakan bumi.

lorong sukmaku mengaduh.
seluruh jiwaku luluh lantak ..
ku tersedu tak menahu kemana langkahku beradu .

jejakan tanah fana nan tandus menggelayutiku.
ronarona pelangi tiada enggan kembali ..

kucoba tersenyum dalam sesalku .
kutatap purnama di musim semi ..
ku membisu lagi .

:: derai derai air mata cinta .
yang kini tak lagi bernyawa,
mengiringi laguku ..
dibalik senja .

ingin hilang ingatan

malam malam syahdu .
terdudukku membelenggu .
terendam senyap kian tak terperii .
dingin menghujam kekalutanku .
menggugah pelita yang masi enggan menyapa .

lukisan lukisan memori yang tersirat ,
mengabur dan terbang ., 

edelweis gugur satu satu .
seiring untaian tangis mungilku .
dalam isak penuh elegi,

aku berucap .

: akankah kembali ?

dilema

kutatap setengah laburan purnama semi.
tertoreh selembar lembayung jelaga tak ternyana .

tatkala itu untaian bintang berbicara .
mereka reka apa yang kurasa .
gelaktawa sang bulan membahana .
menertawakan aku yang tengah menatap mereka .

aku menggeleng .

tak tampak bayangbayang siluet wajahmu .

aku rindu .

katakan padaku bahwa pelangi itu biru .
dan ucapkan padaku asaku tak lagi membeku .

kala belenggu pujangga membuyarkan lamunku .
kala percikanpercikan bisu tak lagi menderu .
ku pejamkan mataku lalu ..


aku tak tahu ..

elegi fatamorgana

sesaat terjerembab di tengah wahana kesunyian .
titiktitik kelabu datang kembali menerkaku .
lalu gumpalan hawa merah merasuki tubuhku .

runtuhlah bisuku kini .
bungkaman peluhku menetes sudah .

aku lelah .

segenap raga ku coba tak ada asa .
enggan bergeming .
tak kukira .. gelaktawa kini hanya sandiwara .
aku mematung seraya memandangi diriku di antara serpihan air mata kecewa .

terngiang akan satu masa itu .
Ah , aku bosan!
tak ada pelangi saat hujan selesai berbicara .
yang tampak hanya fatamorgana semu .
yang tak cantik , juga indah..

aku menunduk .
meringkuk mendekap jiwa fanaku .

akan kemanakah langkah ini beradu ?

kan kujejaki episode demi episode ini .
satu demi satu ..

pencarian (antologi puisi Bengkel Sastra Balai Bahasa Yogyakarta 2008)

siluet kelabu terasing jelaga .

mengintip ,
dari balik belenggu pujangga .,

mendekat 
berbisik ,

: dimanakah dia ?