Selasa, 26 November 2013

Dalam Kejam Hujan



Hujan memetamorfosa ingat-ingat di pelupuk lalu menari dalam deras bersama awan-awan kelabu yang hinggap di atas kepalaku.di kala Petrichor bukan lagi alasanku betah berdiam di depan pintu, di saat gelap masih nyaman menggantung di langit-langit semesta.

Hujan membuatku malu. Ketika dengannya aku perpapasan dengan kenangan di persimpangan perpustakaan kota. Aku diam, kamu diam. Hujan bersikeras memaksaku berlama-lama di sana.

Hujan adalah kejam.

Dalam kekejaman tiap rintik yang dijatuhkannya, tiap bejana yang hancur satu-per-satu beriringan dengan bulir yang akhirnya terelakan.

Hujan masih kejam.

Dalam kotak-kotak berisi buncahan perasaan aneh menggelitik. Membuat susah tidur, membuat tak ingin lupa. – bersama hujan, Ia tak pernah benar-benar dihanyutkan.

Hujan akan tetap kejam;sampai yang lupa tak pantas diingatkan.

Pada Sepandang Tatapmu Di Sebuah Makan Malam Kita

Pada sebuah gemerlap yang bermuara matamu, aku meneduhkan suku-suku kata di ujung bibirku.

Kelu.


Serupa itu aku tak sanggup sekalipun berkata: jangan hunus aku dengan tatapmu.

Sajak Kebebasan.

Beberapa dari mereka bergegas merangkak, lalu meringkuk terjerembab pada lubang yang sama.

“Rasakan!” Kata salah satu dari mereka yang berhasil menyelamatkan diri – “Salah siapa masa lalu di bawa-bawa kembali,” ucapnya. 

Sabtu, 16 November 2013

Puisi-Puisi Penangkal Luka - Penyair Pembawa Harapan





Judul Buku: Empat Cangkir Kenangan
penulis: Bernard Batubara, Adimas Immanuel, Muhammad Irvan, Esha Tegar
Penerbit: Serba Indie, 2012

Buku puisi empat pemuda dari empat kota, salah satu buku favorit saya yang terkait postingan kemarin. Yang entah sudah di mana. Sebenarnya, yang paling membuat saya terkesan dengan buku ini, karena salah satu penulisnya, Adimas Immanuel, berpengaruh besar dalam kembalinya saya ke dunia kepenulisan puisi. 
seperti yang pernah saya tulis di sebuah postingan tentang dia, tahun 2010, fase-fase ujian nasional sekolah menengah atas dan memasuki dunia baru perkuliahan yang sangat jauh dari dunia sastra (karena saya masuk jurusan manajemen) setelah hampir setahun fokus untuk ujian dan sebagainya, saya merasa ada writers block yang membuat saya tidak bisa-benar-benar tidak bisa menulis puisi lagi. entah kenapa. mencoba, mencoba, mencoba, tapi gagal. selalu begitu.

Suatu ketika, timeline twitter saya ada retweet-an sajak dari dia. waktu itu, perlahan, dari lini masa twitter dan update-an blog kawahluka-nya membuat sedikit demi sedikit kepekaan saya tentang puisi kembali. dari sekian banyak akunn twitter yang ada dan membuat saya terkagum, dia-lah yang paling menginspirasi. sampai sebuah hari di bulan september tahun lalu, peluncuran buku empat cangkir kenangan ini diadakan di jogjakarta, dan hanya dihadiri oleh dua penulisnya, yaitu bernard batubara dan adimas immanuel. bagaimana reaksi saya waktu itu? SUPER EXCITED! seperti ngefans sama artis idolanya, saya-pun. dengan malu-malu saya menyodorkan buku ini ke dimas dan meminta tanda-tangannya. kami bercakap sebentar, saya memberikannya sebuah draft buku puisi pertama saya, dan dia adalah salah satu motivasi saya menulis puisi, membuat buku puisi.

sederhananya, puisinya membuat saya kembali menjadi saya seutuhnya. puisinya serupa obat penyembuh luka. membuat saya kembali bisa menulis rangkaian kata-kata lagi, membuat saya tidak cukup hanya membaca bukunya sekali. takjub. puisinya sangat magis dan berima sangat indah. 

Seperti yang saya ceritakan pada postingan sebelumnya, meskipun buku ini sudah berada di entah, tetapi betapa beruntungnya saya kehilangan buku yang amat berharga itu, membuat saya bisa bertemu penulis kesayangan saya akhir bulan ini, dalam launching buku puisi tunggalnya. Dengan itu membuat saya terpacu untuk cepat-cepat merampungkan buku puisi pertama saya. Semoga secepatnya :)

Jumat, 15 November 2013

Sebuah Buku: Perantara Pertemuan, Penjemput Kehilangan.


Judul Buku: Been There, Done That, Got The T-shirt.
Penulis: Risyiana Muthia
Visual: Emeralda
Penerbit: Gramedia
Julmlah halaman: 124

*

Yogyakarta, Agustus 2013

Sebuah kedai kopi, siang hari, sebuah pertemuan yang (mungkin) seharusnya tidak pernah ada. (seharusnya) Kita bertemu di tempat favoritku, sebuah tempat yang penuh buku, tempat yang selama ini ingin sekali aku tunjukkan padanya, tempat itu. Sayangnya, hari itu tempat yang kumaksut belum beroperasi secara normal paska libur panjang hari raya lalu. Kami ke toko buku setelah itu. Berkeliling mencari buku, melihat-lihat, dan dia ( yang domisilinya sama persis dengan daerah asal Mas Irwan Bajang) berkata banyak tentang buku. "Buku ini bagus, lho", katanya. "Ah, bukunya terlalu berat, aku nggak suka," ucapku singkat. Dia menunjuk beberapa judul buku yang sama sekali tidak aku pahami. Setelah itu, kami pergi ke kedai kopi ini. Mencari penjabaran.


Kita tidak pernah tau, kapan sejatinya sebuah pertemuan itu akan bertaut, atau bahkan bertemu perpisahan. Kita tidak pernah tau. 

Secangkir hazelnut panas dan cappucino dingin berada di meja kami. Berbincang seolah-olah tidak terjadi apapun. Seolah-olah, tidak ada hati yang saling berkecamuk di dalam lubuk masing-masing. Sampai kita berbicara tentang hal-hal yang tidak kumengerti. Aku mencari penjelasan, Kau tidak memberiku jawaban. Begitu seterusnya. Aku tak paham. Kau mungkin menyimpan kenangan. Aku mengeluarkan sebuah buku favoritku. Kau mengeluarkan buku ini. Buku bercover kuning-hijau cerah yang judulnya aneh. Sebuah idiom. dan membuatku tertarik pada kalimat di bawah judul: Semua hal yang perlu kamu tau untuk bisa HIDUP-SEHIDUPNYA!

Kita bertukar buku. Buku ini habis kubaca tak kurang dari satu jam. buku yang menarik, berisi visual dan informasi-informasi sederhana tentang bagaimana hidup sehidup hidupnya. Hal hal yang terkadang kita lupa, hidup tidak hanya tentang mengejar pencapaian, tapi bagaimana kita menikmati hidup selayaknya anugrah kehidupan yang tidak pernah terulang. Seperti kita. Seperti yang pernah kita ada. Sebelumnya.

Buku ini adalah sebuah perantara perjumpaan, antara aku, kau, dan serpihan masa lalu yang masih menggantung di genggam telapak kita, tersisa. Entah enggan menyisa, atau sengaja tak menyeka. Seperti setelahnya, adalah kepergiaan yang (pernah) menyebabkan aku heran tak habis pikir, karena menyadari bahwa ketika buku ini berada di tanganku, kehilangan menjemputmu dari aku. Bersama buku favoritku. Entah kau menghampiri kehilangan dan berjalan bersama sama meninggalkan aku, entahlah. Meskipun aku tak pernah menemukan penjelasan, tapi aku menemukan cara menghidupkan hidup lewat buku-mu.

Seratus dua puluh satu hari yang lalu, sebuah buku mengenai hidup sehidup-hidupnya membawa kenangan yang sekarang sudah bosan hidup. Ia pergi bersama kehilangan.

Ia berkata, aku ingin hidup-sehidup-hidupnya, menikmati sisa hidup dengan mengurai kehilangan dengan melakukan hal-hal yang dianjurkan pada buku BTDTGTTS, untuk menikmati kehidupan, menjemput mimpi dan membuat hidup lebih berarti. meskipun tetap. Buku ini milikmu. 

*

Nb: Seratus dua puluh satu hari yang lalu, dia bilang akan mengembalikan buku favoritku, dan aku tak pernah merelakan buku berharga itu benar-benar pergi dan tak kembali, tapi yasudahlah. bersama postingan ini saya ikhlaskan buku itu. Tolong di jaga ya :)

Yogyakarta, 15 November 2013

Kamis, 14 November 2013

Transformasi Magis Kata dari Tere Liye


Judul Buku: Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Penulis: Tere Liye
Tebal Buku: 426 Halaman
Penerbit: Republika
Cetakan ke 6 (Maret, 2011)



Tahun 2011 Ibu saya diberi hadiah sebuah buku Berjudul Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Saya pikir ini novel-novel sastra yang berat seperti di tumpukan lemari buku Ayah dan Ibu saya. Yang sulit di mengerti dan amat tersirat isinya. Pikiran skeptis seperti ini berubah ketika saya memulai membaca sinopsis di sampul belakang buku ini.

"Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut marut ke-hidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita, lantas lembut berkata: "Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia ke-hidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan per-tamamu?""

Maka apakah kita akan bertanya: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Apakah mak-na kehilangan?


Di sini hanya ada satu rumus: semua urusan adalah sederhana.

Setelah membaca kalimat terakhir dalam sinopsis itu, penasaranlah saya, dan buku ini membuat saya tenggelam dalam fantasi seorang Tere Liye.

Siapa yang bakal membayangkan saat dirinya sedang kritis di rumah sakit, tua renta berpenyakitan, entah harapan hidupnya ada atau tidak, lalu tiba-tiba datang seseorang berwajah baik menghampirimu dan menawari sebuah perjalanan dengan lima buah pertanyaan dalam hidup yang akan langsung dijawab?

Tere Liye menjelaskannya dengan amat lugas. Dengan diksi yang apik dan perpaduan kata yang cantik. Alur dan kesinambungan satu bagian di bagian lainnya seperti potongan-potongan kehidupan yang saling menghubung satu sama lain. Seperti halnya kehidupan.

 Saya pun juga punya pertanyaan dalam hidup. Banyak. Mungkin lebih dari lima. Dan seandainya malaikat benar-benar datang kepada saya, saya pasti kelimpungan ingin menanyakan yang mana. Tetapi, dari buku ini saya belajar satu hal yang amat penting: Kita manusia adalah bagian dari sebab akibat semesta yang amaaaat luas, dan segala tingkah laku dan perbuatan yang kita lakukan, akan berdampak pada orang lain. Dekat atau jauh, cepat atau lambat. Seluruhnya sudah terangkai pada poros yang kita tak bisa lihat. Terlalu rumit mungkin untuk diurai satu persatu.

Tokoh Ray yang hidupnya penuh carut marut, penuh dengan intrik masa lalu yang kelam. mengapa ia menjadi yatim piatu, mengapa ia dibesarkan di panti asuhan yang penjaganya membencinya setengah mati. Ia pun bertanya pada Malaikat itu. Apakah hidup ini adil?

Malaikat itu menjawab: "Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil beberapa bentuk. Meski tidak semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil?"


Kedua tentang kehilangan. Siapa yang tak sedih ketika kehilangan sesuatu atau seseorang dalam hidup? Butuh waktu untuk mengikhlaskan, butuh penerimaan. Tetapi Tere Liye menceritakan sebuah kehilangan dengan sisi yang berbeda. Dari Sisi yang ditinggalkan.

Tidak ada hal yang tidak ada alasannya. Termasuk mengapa orang-orang yang kita cintai pergi dari hidup kita. Seperti ketika Ray bertanya pada seseorang yang berwajah menyenangkan itu, mengapa Tuhan mengambil Istrinya sekaligus bayi dalam kandungannya.

Istri Ray pergi setelah sampai pada tujuannya: menjadi istri yang diridhai oleh suaminya, seburuk apapun masa lalunya, saat bersama Ray, Ia hanya ingin menjadi istri yang baik dan diridhai oleh Ray. Dan tepat saat ajal akan menjemput Istri Ray, Dia dalam keadaan terpenuhi tujuannya. Jadi Ia pergi dengan kedamaian dan kebahagiaan.

Klise memang, tapi menurut saya hal itu memang benar adanya. Saya jadi teringat Almarhumah Nenek saya, beberapa saat sebelum Beliau meninggal, beliau berkata:
"Aku bentar lagi mau pulang, sudah disiapkan semua di sana, sudah banyak yang mau menyambut di sana." Dan raut wajahnya berubah sumringah, seperti akan menghadiri hajatan meriah. Dan saya yakin ketika seseorang telah memenuhi tujuannya, maka kepergian bukanlah hal yang sulit dan penuh kesedihan. Setidaknya, itu dari sisi yang meninggalkan, bukan sisi yang ditinggalkan. Bagi saya, kehilangan adalah kebahagiaan yang dibungkus dengan bentuk yang tidak biasa, dan setiap kehilangan adalah pintu bagi bahagia-bahagia lain yang mungkin tidak kasat mata.


Lalu, tentang pilihan dalam hidup. Terkadang, (dan seringkali) kita berkata bahwa kita tidak memiliki pilihan dalam hidup. Sama sekali. Ini terjadi pada banyak orang. Padahal sebenarnya kita punya banyak pilihan, untuk memohon, untuk menerima, untuk bertanya. Tetapi kadang hal hal itu tidak kita lakukan dan terus mengutuk Tuhan dengan pilihan yang sebenarnya kita ciptakan tadi. Manusia kadang lupa, apa apa saja yang terjadi pada dirinya hanyalah sebab akibat dari apa apa yang dia lakukan di masa lalu, yang mungkin luput dari ingatan. 

Buku ini cukup menohokkan saya dengan premis-premis yang memang dialami manusia-manusia pada umumnya. Mengeluh, mengutuk, tak bersyukur, masa bodoh dengan sekitar, ingin menang sendiri. Tanpa sadar kita lupa bahwa kita hidup berdampingan, kita memiliki orang lain yang pasti kita butuhkan bantuannya. Begitu pula sebaliknya. Buku ini mengingatkan kembali bahwa Tuhan tak pernah tidur. Tuhan selalu mengawasi tiap manusia dan tingkah lakunya, memberi kebajikan pada setiap yang selalu mensyukuri nikmat, dan memberi teguran pada setiap yang menyentuh dosa.

Lalu, mengapa Ray yang penuh dosa dalam hidupnya diberi kesempatan untuk diberi lima pertanyaan yang akan dijawab oleh seseorang yang berwajah menyenangkan itu? Jawabannya juga amat sederhana: karena tiap menatap bulan, Ray selalu tulus bersyukur, tak pernah mencaci Tuhan, dan khidmat seperti berbicara dengan Tuhan melalui bulan. Karena kesederhanaan itu, Ray mendapat kesempatan berharga itu.

Buku ini membuat saya paham bahwa memang seluruh urusan adalah sederhana. Sangat sederhana. Membuat saya sempat menangis dalam beberapa bagian dalam buku ini. Tentang ketulusan yang bahkan tidak disadari, tentang banyak hal baik yang sering kita lupa, dan terus mengingat hal yang tidak baik lalu mencaci Tuhan. Kita tidak pernah tau, seburuk apapun hidup kita, Tuhan akan menghargai sekecil apapun bentuk rasa syukur kita, Tuhan akan memberi kebaikan sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan. Tuhan tidak pernah lupa memberi balasan baik bagi Hamba-Nya yang menyebut namaNya. 

Buku ini magis. Kata-katanya membuat saya lebih berhati hati dalam berucap, berdoa, dan bertindak. Kata-kata sederhana yang sampai pada hati saya.

Kita tidak pernah tau apa yang kita lakukan berdampak besar bagi hidup orang lain, kita juga tidak akan tau betapa hebatnya akibat dari perbuatan buruk yang kita lakukan. 

Who knows?

-

Yogyakarta, 14 November 2013.

Rabu, 13 November 2013

Meteor dan Visualisasi Mimpi



METEOR

" Meteor akan terus berpijar, melesak dan menjelajah cakrawala, menembus malam, melampaui waktu dan dimensi, mengurai pekat, hingga masa menghantar ke peraduan. Terus berproses! "

Kata kata di atas adalah kutipan dari pengantar sang editor dalam buku Antologi Puisi Bengkel Sastra 2008 oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Berisi karya 28 siswa SMA se-Yogyakarta yang telah mengikuti pelatihan selama sepuluh minggu dengan pengajar yang mumpuni di bidangnya tentang bagaimana memproses puisi sebagai sebuah karya sastra. 

Mengapa buku ini berarti untuk hidup saya?

Karena dari buku setebal 102 halaman ini, upaya saya dalam dunia tulis menulis khususnya puisi akhirnya menemukan langkah pertamanya. Bak bayi yang baru lahir dan menemukan tempat berpijak, selama sepuluh minggu mengikuti pelatihan ini, saya menemukan jejak kaki mungil yang siap menghiasi kertas-kertas kosong dengan rangkaian kata-kata dalam puisi.

Saya baru menginjak usia enam belas tahun kala itu, ditawari oleh ibu saya yang mana sekaligus guru bahasa Indonesia di sekolah saya. Saya memang menyukai puisi, sama seperti saya jatuh cinta pada puisi Sapardi Djoko Damono. Tetapi, namanya juga amatir, puisi puisi saya memang belum mahir, jauh dari indah seperti penyair- penyair yang saya kagumkan. Meskipun sampai kini puisi saya masih belum sehebat mereka, yang penting proses kreatif dan rasa dalam menulis tiap puisi itu. Lalu akhirnya saya menyetujui untuk ikut pelatihan ini, dan ternyata bukan main banyaknya manfaat yang saya dapat selama berada di Bengkel Sastra 2008, selain kita bisa belajar tentang proses kreatif penulisan puisi, kita juga diberi uang saku tiap akhir sesi pelatihan. Luar biasa sekali bukan? Dan uang saku tersebut hampir setara dengan uang saku saya selama seminggu kala itu x))

Buku ini tercipta dari rangkaian usaha dan semangat kami, 28 siswa yang sama sama mencintai dunia puisi. Di dalam buku ini, ada jerih dan keringat kami curahkan, juga curahan hati yang turut andil dalam proses pembuatan buku ini. Buku ini lebih dari sekedar berarti, buku antologi pertama saya, dan jelas bukan yang terakhir.

Berikut adalah dua dari tiga puisi saya yang masuk dalam buku Meteor:



Pencarian

Siluet kelabu terasing jelaga
Mengintip
Dari bilik balik pujangga
Mendekat
Berbisik
: di manakah dia?


Lentera Kenyataan

Cahaya-cahaya kecil yang terbang terbawa kunang-kunang
Di balik ilalang padang yang menjulang mengembang
Menemani hasrat suci yang kini sepi
Menunggu pagi
Menunggu pagi

Titik-titik berwarna kuning keemasan itu
Berkumpul
Berkeliling
Di tepian relung sukma
Menjelma menggema
Mengembang terbang

Lentera kenyataan masuk di balik jengkal jejakmu
Menunggu pagi
Menunggu pagi


Bagian lucu dari terbitnya buku ini, adalah ketika ada seorangpenelepon tak dikenal menelepon dan berkata ia menyukai puisi-puisi saya. Saya cukup terkejut karena belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya. Tapi di sisi lain ada kebanggaan tersendiri atas diri saya karena karya saya dapat diterima dengan baik. Dan saya amat bersyukur akan itu :')  

Hingga kini, hawa dari meteor yang terus berputar menjelajah semesta dalam diri saya untuk tidak berhenti berkarya menembus langit, hingga tiada waktu tetsisa untuk menyisakan ruang menulis sebuah puisi.

Selasa, 12 November 2013

Inti Semesta dan Kesederhanaan Rahasia


Lima tahun. Lima tahun yang lalu, saya membaca buku ini, dengan momen kandasnya sebuah hubungan percintaan remaja klasik yang di dasari perbedaan keyakinan dan embel embel lainnya. Berbekal buku pinjaman teman, selama beberapa hari saya besebenengan sebab akibat, rasa syukur, menerima dan semesta. 

Seorang remaja berumur tujuh belas tahun yang masih harus banyak belajar selain belajar bagainana menyembuhkan luka pada patah hati. Tapi justru luka itu membawa saya pada buku ini dan keajaiban keajaiban yang terjadi setelah itu.

Hukum sebab akibat dan kesinanbungan antara rasa syukur akan mengakibatkan energi positif dalam diri kita dan dapat mengirimkan sinyal sinyal positif pada semesta di alam bawah sadar kita. Sebelumnya saya masih tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup, tentang seperti apa saya di kemudian harui atau sesungguhnya cita cita saya. Secara tidak langsung, titik titik temu dari tiap tiap tanda semesta itu datang dan membentuk garis yang dapat di baca.

Buku ini adalah perantara saya menemukan diri saya kembali, menjadi pribadi yang penuh doptimisme, percaya diri dan yakin atas kemampuan yang saya miliki. Saya menjadi terbiasa dengan daftar-daftar target, harapan, dan keinginan saya lalu menuliskannya setiapbulan, semester, bahkan yang jangka tahunan. Hingga sekarang saya sangat bersyukur bahwa bagaimana kita mengelola rahasia rahasia alam bawah sadar kita adalah hal penting untuk membuat hidup kita lebih berkualitas.

Kekuatan semesta itu memang benar-benar ada, dalam diri setiap manusia. Serupa apa yang terlintas dalam benak saya setelah selesai membaca halaman terakhir buku ini: lima tahun dari sekarang aku harus menerbitkan sebuah buku karanganku.
Dan sebentar lagi, hal itu bukanlah ingin ingin belaka lagi :)

Kamis, 26 September 2013

Kita.

Tiga Tahun. Tiga tahun yang bukan sesederhana cerita ftv, bukan juga proses singkat seperti di film-film yang berdurasi dua jam. tiga kali tiga ratus enam puluh lima hari lebih sudah kami habiskan bersama, hampir setiap hari bersama. banyak menghabiskan momen-momen aduh, sedih, nyenengin, marah, bahkan momen lucu-selo-enggak penting bersama. apapun, kapanpun, di mana pun. kita hanya beberapa yang sengaja tinggal untuk saling mengisi sebuah persahabatan :")


recent photo of us Sept 16, 2013


Selasa, 17 September 2013

Sebab Tidak Ada Hujan di Awal Bulan September


Ketukan-ketukan jari menunggu kata demi kata muncul memenuhi tulisan.
Mengisi yang seharusnya di isi
Menghapus yang seharusnya di hapus
Beberapa dari mereka enggan menghapus bagian bagian tertentu
Sebab dari –bagian- itu, ada bekas permanen yang di sebut kemarin.

Burung-burung tidak berkicau pagi ini, mungkin lelah.
Matahari tetap menyengat kulit pori-pori, mungkin sudah pasrah
Dan aku, diantara mereka, mencoba untuk tidak menjadi bagian yang terabaikan.
Salahkah?

Tidak ada hujan di awal bulan september,
Sebab itu, tidak ada guna jika memilih pergi masih saja digamang-gamangkan.
Sebab pada sebuah pergi, ada beberapa bagian baru yang menuju sebuah kedatangan lagi.
:aku pergi untuk sebuah datang

Klaten, 1 September, 2013

08.28 am

Jumat, 06 September 2013

COMING SOON! Buku Puisi #1 Memorabilia

dua ribu tiga belas, tinggal menunggu selesainya cover dan layout, buku ini (akhirnya) akan segera terbit. sebagai wujud terima kasih buat orang-orang yang sudah percaya kepada saya, dan wujud apresiasi untuk diri sendiri. InsyaAllah, kalau tidak ada kendala, will be live at nulisbuku.com :)


doakan doakan doakan :)

Rabu, 28 Agustus 2013

Jadi Seutuhnya Saya

Reading the posting about my friend's "reborn", me just thinking again to another reborn of me. the feeling when I become the person who very life to the fullest just like born again.

Dan, kegiatan kkn yang tinggal menghitung jari selesai ini buat aku pikir lagi what I'am going to do for the last -AMIN- semester in my college dan menutupnya dengan sebuah kisah membanggakan dari seorang saya.

so, here is my plan:

1. Toefl preparation to get the requirement for comprehensive exam (580)
2. Comprehensive Exam at least on October-November 2013
3. Part Time working in "that" place
4. Explore my skills in writing
5. and unexpected trip will be coming soon! yeay~

and the last I just wanna open all circumstances to feel so many fresh air in this world :D


Selasa, 27 Agustus 2013

This is Enough

tiga belas hari.

dan saya tidak lagi merisaukan segala hal yang mencemari hati dan pikiran saya.
bersama keteguhan iman dan niat. saya mengikhlaskan seluruh perasaan ini. 

this. is. enough.

Rabu, 07 Agustus 2013

10 Questions for You

1. How much you feel that she is important
2. What you're vision with her.
3. How you call her in last three days.
4. How often you see her crying.
5. How well you make a list of priority
6. what she dislike and like
7. what makes she hurt
8. what the biggest mistake you do to her
9. how much your effort to get her
10. how the way you keep your relationship

Selasa, 06 Agustus 2013

Elegija

jarak hanyalah sebilah luka yang tercemar melalui sudut-sudut kota; serupa jari yang mengingkari.

seperti pula waktu yang disebut-sebut menyembuhkan. nyatanya, menghapus dekapmu dari pelukku itu lebih dari sekedar membutuhkan waktu.

terkadang, waktulah yang membentangkan jarak terpanjang, ketika tiada waktu yang pada akhirnya nihil untuk kita sematkan berdua.

lalu pada tiap masa yang terbilang sia-sia, ada beberapa pelupuk yang basah, ada tiap lelah yang begitu saja terpasrah.

rasa-rasa tersebut mengumpul membuat jejak, serupa bekas luka yang bertubi menghantam dirinya sendiri. menyakiti.

dan ketika hingga degup rindu telah bisu, atau bahkan basi untuk sekedar mengeja dirinya sendiri, apa yang harus diharap kembali?

mungkin, satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri, adalah pergi.


Sabtu, 03 Agustus 2013

Tuhan dan Permohonan

Pagi ini. Sengaja enggak tidur abis sahur. Udah mulai puasa lagi abis tiga hari absen gegara radang dan flu yang sukses bikin tepar berhari-hari.

Aku nulis ini sambil nahan pipis, fyi. Tapi itu gak penting. Yang penting in my opinion ketika ada ‘something to write’ I must write it immedietly. Whenever, wherever.

Skip yang enggak perlu dibahas.

Pukul tujuh lebih tiga puluh menitan, entah tepatnya jam berapa. Masih menggenggam buku antologi rasa milik ika natassa, setelah membaca halaman 265 paragraf satu buku tersebut

Bukan masalah bukunya, ceritanya, atau adegan apa yang sedang ditulis di situ.

Tiba-tiba, dengan pikiran yang ‘aman’ dan tidak memusingkan sesuatu hal atau seseorang yang begitu penting untuk di-penting-kan pagi ini atau hari hari sebelum ini, aku tiba tiba saja ingin menulis beberapa kalimat tentang Tuhan dan permohonan.

Pernah memohon sesuatu yang bisa dibilang lebih ke arah negatif dan kejadian? Trus kamu bakal bilang “Wah ternyata doaku manjur, pertanda apa ini?” oke, buat mempersempit pandangan tentang konteks ‘negatif’ -yang tertulis di atas- itu misalnya begini:
“Gila, gue enggak rela dia jadian sama itu. Gue doain cepet cepet putus deh biar dia bisa sama gue.”
Ini cuma contoh ya, kalo ada kesindir ya maap maap aja. Hehe. Well, menurutku itu tidak selalu bisa dianggap sebagai sebagai pertanda baik, buatmu. Coba kita liat dari sisi lain, in case doamu itu gak terkabul, kamu pasti bakal ngumpat-ngumpat trus bilang: “buset, gue kurang baik apa coba sampe mereka awet bener. Dan bla bla bla bla. Mengeluh, lebih tepatnya. Dan ya, entah kenapa kalau aku, garis bawahi pendapatku yang mungkin sedikit berbeda ini ya, hehe. Lebih cenderung takut dan berhati-hati atas apa yang akan aku mohonkan kepada Tuhan.

Kalau sekarang aku memohon pada Tuhan, “Ya Tuhan, bisakah dekatkan dia denganku? Aku ingin hidup dengannya” let say like that. Lalu Tuhan mengabulkan, tetapi pada kenyataannya *amit amit* *getok dinding* ternyata aku atau dia memang sebaiknya tidak bersama sama atau pada akhirnya menyadari bahwa kita atau aku hanya termakan kepinginan sesaat aja sama kayak kalo lagi cuci mata di mall dan jatuh cinta pada tas branded atau sepatu berkelas. Well, Permohonan itu sesuatu yang sakral, tidak bisa di buat main main dan atau di buat bercanda.

Tapi kan, bisa jadi itu sebuah pertanda yang diberikan Tuhan supaya kita menangkapnya dan menjalankan sisanya alias dengan usaha kita sendiri?

Ya, aku juga tidak meragukan itu, hanya saja tanda-tanda tersebut jangan kita gunakan dengan sebelah otak atau hati saja. We must think what we want to do with this kind of plan. Justru karena kita tidak tau how very unpredictable and complicated the God’s plan is. Kalo enggak mau mengumpat dan menyalahkan Tuhan atas kesalahan yang kamu buat sendiri karena kamu lupa dan atau kamu tidak sadar hatimu-lah yang membuatmu melakukan those kind of things that sebenarnya harus kamu pikirkan matang-matang. ya gak sih?

Uhm. Sepertinya tulisanku kali ini lebih absurd ya?


Intinya adalah: hati-hati dengan permohonan, siapa tau Tuhan mengabulkannya justru untuk mengujimu.

Kamis, 01 Agustus 2013

Puisi Rancu

Manakala senja
dan mentari luruh menyembunyikan dukanya

di saat sepatu-sepatu tertunduk rapi terhujani rancu
dan debu-debu mendadak mencari perhatian juga.

ini tulisan apa?

entah.

ini untuk apa?

tidak tau.

mungkin jemari belum bosan mengglitik linimasa.
atau beberapa rasa yang masih ingin menyimpan rahasia.

mungkin.


Rabu, 31 Juli 2013

Mereka dan Kesederhanaan

Hari ini adalah seminggu setelah penerjunan kkn dari kampus saya.
kebetulan, unit kami mendapat sebuah desa bernama desa sawahan, RW 05, Juwiring, Klaten.
Tau? aku sendiri baru tau waktu kkn ini. hehe.

Ngomong-ngomong tentang kkn, semingguan ini yang menarik perhatianku adalah anak-anak di sini. tentang bagaimana mereka bermain tanpa beban, meskipun orang tua mereka tidak selalu bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, dari tatap tatap mata mereka, saya melihat bola mata penuh semangat untuk kehidupan yang lebih baik lagi.

Sesederhana saat kami membuatkan mereka mainan dari kertas lipat ini.
sederhana, mudah, tidak terlalu rumit.

Tapi melihat mereka tersenyum lepas, bangga setelah melihat karya hasil mereka sendiri, itu membuat saya trenyuh. ah, sebagai anak bungsu saya selalu ingin memiliki adik. dan, disini saya memiliki puluhan adik yang siap mengajak bermain dari pagi sampai malam.





Semalam, aku berbicara dengan salah satu anak bernama andika, kelas 6 sd. Adalah seorang anak dari toko di sebelah masjid. Dia, bercerita bagaimana dia harus membantu ibunya membuat makanan untuk dijual, sampai tidak sempat ikut les dari kami tempo hari. Uhm. Hidup. Tapi banyak kehidupan nyata dengan berbagai pilihan yang sudah ada, dan sesederhana mereka menjalani kehidupan mereka dengan keadaan yang ada.Saya dan Andika juga sharing tentang bagaimana kecukupan materi tidak melulu sama dengan kecukupan kebahagiaan. Dan ya, kebahagiaan itu tidak dinilai dari seberapa materi yang kita punya, tapi seberapa banyak orang yang menyayangimu, dan berusaha membahagiakanmu yang juga selalu membahagiakan mereka, hidup rukun, tentram dan damai. Bukankah kebahagiaan adalah bagian dari kesederhanaan?


saya mulai jatuh cinta pada desa ini.

Senin, 29 Juli 2013

KKN Unit 11

Jalan depan Posko

Plang posko unit 11

latian bikin origami :3

Kegiatan Individu - Pengembangan Kreativitas Anak -

narsis dulu ya ~


Add caption



di masjid Nurul Iman, dk Jayan

Senin, 22 Juli 2013

Hug

recent days. every hug is the best medicine to understand every feeling without words.
me.

Sebuah Jumpa di Bulan Juli (2)

dan pada akhirnya, sebuah jumpa di bulan Juli tidak akan pernah ada.

Minggu, 21 Juli 2013

Your Life

How's life, you? happy isn't it?

to meet your special someone, to get private conversation, to get picture together.
remember how much we take a picture? no one. that's what make me think that we are no longer exist yet invisible.

she is the reason you write so many kind of writing, she's you're motivator and your best friend before I came to your life (again) me just a little part who want to have bigger space. Exactly wrong.

until now, the reason that make you do not tell about us to your friend, maybe her, or someone else. or maybe you're never proud to have me, or this relationship. 

useless. she is more important to you. not me.

Sat(d)urday night(mare)


I came to the place where we've arrange one month ago, when we decide to came to this place and barter about something. we both agree to meet each other.

but last night, you didn't came.
and you go with another people.
that's nice, isn't it?
you. get. me. in. the. first. meeting.

Memorabilia

Jejak-Jejak Memorabilia

melesat jauh

meninggalkan jarak terjauh

menghilang diantara 

decak serupa cakrawala

lalu dengan lantang, aku tertawa dengan sumbang.
dengan begitu nyaring suaramu tiada lagi kulekang.

20 Juli 2013 1.00 am

Sabtu, 20 Juli 2013

dalam sahut dini hari ketika beberapa pejam begitu sukar untuk meredam lebam.
entah, mungkin malam merindukan pelukan.
I move, You closer, I stopped, You chase me.

I walk. You dissapear.

I scream. You hiding.

Then I?

How about You?

Kisah Musim Gugur (Antologi Puisi Mahasiswa UAD)

Kisah Musim Gugur

karya Angga TS.

Jika aku duduk sendiri menikmati musim gugur
dan melihatmu seperti layang-layang yang
lepas. Lantas tertelan jarak yang kian menjauh.

Bersama dedaun yang gugur dan reranting yang jatuh
Suaraku menyayat seperti jerit yang memanggilmu

: dan itu juga tak menghentikanmu.

Jumat, 19 Juli 2013

Sebuah Jumpa di Bulan Juli

Hujan menyambut mula di bulan Juli

Menyenandungkan sajak-sajak pendek dari doa-doa yang terendap di ujung kuku

Aku turut melipat permohonan dengan namamu tepat sebagai penutupnya


Semoga.

KKN

KKN Unit 11 Desa Sawahan RW 05 Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Honestly, I'm not excited enough to do this. to be hectic doing some stuff, to packing, to buy many thing, to observe the location. *my right hand always sick every time I drove Jogja-Juwiring that almost 2 hours*. huff. then another problem of technical things and confusing choosing the program. can we move to 4th August faster? *deep sigh*

then I don't know, I enjoy the time with my friend, several project and holiday that they arrange. so sad I can't join because of this obligation work. aaaak! 

beside that, actually I have several activity that I want to do in around my KKN. you know what it is?

looking for hidden secret place to see some nice view and write spot! yea. I hope found it and have some reflex time there. I.Hope.So.

cmiw. I'm getting dizzy right now.
see ya~

Selasa, 25 Juni 2013

Tulisan Absurd

Jogja, Juni 2013

Bulan tersibuk sepanjang tahun ini. mengurus pementasan kedua @teatermaraton , seabrek tugas kampus semester terakhir teori, proposal skripsi juga organisasi kampus yang terlalu banyak konspirasi. *sigh* acara keluarga yang juga berturut-turut, dan kegiatan lain-lain yang membuatku cukup untuk sesaat sering tidak bisa berpikir mana yang harus didahulukan.

lalu kamu, musibah yang menimpamu membuatku putus komunikasi. entah, aku bahkan tidak sempat berbicara pada perasaanku sendiri. 

aku kesulitan supermultitasking seperti ini. tetapi apa daya. kewajiban dan profesionalisme itu dibentuk. meskipun keteteran sana sini masih saja terjadi. fuh.

aku terhenyak sesaat saat pagi ini aku berkutat pada tumpukan koran dan kertas di gudang lantai dua. Ibu tau aku sedang dalam kondisi tidak fit. oh ya, kondisi fisikku pun, drop drastis. maag kambuh setiap hari, saat akan makan harus selalu minum obat, aku benci kondisi seperti ini. tapi bagaimana lagi.. Ibu tau aku sedang membutuhkan beberapa uang, hanya saja aku tidak mau meminta, maka dari itu aku menjual sekitar 60 kg kertas dan koran.. itupun hasilnya belum cukup.. lusa aku akan bongkar sisanya, semoga cukup..semoga cukup..

tapi aku masih bersyukur, disaat tidak ada waktu yang cukup untuk sekedar mengerjakan proposal skripsi yang deadlinenya 16 juli itu, Bapak selalu ada untuk diajak berdiskusi, bahkan memintaku untuk membuat jadwal tersendiri. ah :" 

tulisan absurd ini disponsori oleh perasaan yang tidak kalah absurd disaat aku tidak dapat mempercayai beberapa orang lagi. dan yah. dunia berputar kan? jadi rasa percaya, dan perasaan bisa saja berganti. 
jadi sebenarnya tujuan tulisan absurd ini apa? ya absurd tadi.

Belajar Tega

Kata seorang temanku kemarin, aku harus belajar tega. Tega agar aku tidak mudah ditarik kesana kemari. Agar tidak melulu dibuat resah dan pada akhirnya mengalah pada kepentingan pribadi.
kamu harus belajar tega!

lalu, apakah aku harus belajar untuk tega pada hati yang terkadang memaksaku untuk menyerah?

Senin, 17 Juni 2013

Here it is..


siapa sangka ada beberapa rasa yang hadir kembali tanpa diminta?
siapa sangka ada yang menarik kami berdua untuk kembali menemukan detak-detak yang tertinggal?

ketika benci pernah merasuk sedemikian rupa.
ketika sesak pernah mengusik begitu menyebalkan.
ketika bahkan aku ingin mengenyahkan ingatan seorang kau.
dari hidupku.
bagaimanapun caranya.

dan semesta menggerakkan tangannya.
kamu tak tau betapa ku bersyukur atas itu.

tapi...



I hate to believe in you. again. to believe that YOU will be different than before. I'am, wrong. 

Berkah.

berkah bulan juni. berkah ilmu. berkah ketahanan tubuh. berkah keutuhan perasaan. berkah kejiwaan seni. berkah segala berkah. terimakasih, Tuhan :)

Selasa, 11 Juni 2013

162 of 365

ada sebuah cahaya yang perlahan meredup. entah sebuah ragu atau kegamangan yang mengusik di sela-sela telinga. 

aku tau, dan aku yakin apa yang tertuju.

Minggu, 26 Mei 2013

Tentang Hari ini

Hidup itu adalah tentang bagaimana kita menyadari waktu itu terbatas, dan membebaskan diri untuk menikmati dengan cara Tuhan yang diberi, apapun itu. Bersyukurlah :)

Kamis, 23 Mei 2013

143 of 365

orang yang tidak tau seberapa besar perjuanganmu, tidak pantas ikut menikmati kesuksesanmu.


 let them see!

Selasa, 21 Mei 2013

Depresi.

I'm going to feel crazy every time I hear, I see, and I think that when this kind of shit situation will be ended. you know what, home is not longer be my comfortable place since three weeks ago. everything changes.

Rabu, 15 Mei 2013

Coba Pikir Sekali Lagi.

Aku tidak tau malam ini ada gemintang di langit sana. Tetapi yang kutahu malam ini begitu luruh dalam keheningan. Seluruhnya.

Aku masih tidak mengerti bagaimana mengeja perasaanku. Pikiran-pikiran skeptisku mendadak menguasai sepertiga keyakinanku. Mengusik. Mengganggu.

Sayup-sayup suara cicak dan detak jam dinding beradu. Memburu satu sama lain. Membuatku tidak bisa berpikir dengan jernih. Ah, ini Cuma alasan supaya ketidaksinkronan otakku termaafkan saja. Seperti itulah bisikan dari tepian pundakku.

Entahlah. Memang semua hal perlu dimengerti? Memang semua hal perlu dicari alasannya?
Menurutku tidak.

Seperti ketika hari ini hujan dan besok tidak, meskipun seharusnya ini musim kemarau, dan bukan musim hujan. Terlalu memusingkan untuk memikirkan seluruh hal yang ada di dunia, bukan?
Pikirlah yang penting untuk dipikirkan. Menurutku begitu.

Pikirkan apa yang seharusnya dipikirkan, yang patut dipikirkan. Seringkali kita terjebak pada pemikiran yang sebenarnya kurang penting untuk dipikirkan. Memiirkan kisah cinta lalu yang kandas, memikirkan kenangan yang tak usai mengusik, atau memikirkan dia yang sudah memiliki gandengan baru.

Buat apa?


Toh hal-hal tidak-begitu-penting semacam itu hanya merusak pikiran-pikiran baikmu. Terutama jika kau masih tidak atau belum bisa menerima kenyataan-kenyataan diatas tadi.  Tapi semua itu pilihan, kita berhak dan diperbolehkan memilih apapun dalam hidup, dengan catatan ada tiap risiko dari tiap pilihan yang kita pilih. Well kalau menurut pendapat saya, hidup  akan terus berjalan mau kamu terima atau tidak terima dengan siklus dari proses hidup itu. Lanjutkan atau kamu akan tau bagaimana menyesali kehidupan itu sangatlah merugi.