Kamis, 16 Januari 2014

Hujan dan Sebilah Luka

16 Januari 2014 2.09 am

Hujan menari-nari diatas pesakitan, sebagian membuncahkan perasaan syahdu di tengah kegamangan sesal-dan-atau harapan yang tak tahu menahu. Hujan juga menyemarakan sore yang diliputi udara-udara tak bersahabat semenjak malam lalu.

Genangan seusai hujan reda memantulkan simpul senyum yang sedikit mengembang, dengan bibir yang tampak kedinginan sementara baju yang dikenakannya sudah terlanjur basah, serupa dengan jatuh yang sudah kepalang pasrah. Masih tentang sesederhana suara-suara merdu dari masa lalu, terngiang dan selalu membuat kalah. Selalu kalah.


Hujan akhirnya memberikan kesempatan untuk para-pembencinya sedikit bernafas lega. Mungkin hujan sudah lelah, atau mungkin sengaja mengalah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar