Minggu, 22 April 2012

karena kehidupan (memang) harus diperjuangkan.

yang sakit aja masih mau memperjuangkan kesempatan dan harapan yang dia punya meskipun kecil. yang sehat? kadang kebanyakan ngeluh.


bagi mereka yang hidup dinilai begitu berarti untuk tiap detik yang tersita, bagi sebagian yg lain, hidup mereka tersita dengan banyak kesia-siaan.



mereka yang merasa bahwa hidup ini adalah perjuangan, berjuang keras untuk tetap bisa bertahan hidup, disisi sebaliknya, banyak yang ingin mengakhiri hidup percuma karena merasa hidupnya tidak diperjuangkan.



meski terbaring dan penuh penderitaan, mereka mencoba tetap tegar dan tersenyum. tak jauh dari mereka, yang tercetak mata banyak manusia lebih sempurna menyumpah serapahi takdir, mengeluhkan kehidupan yang tidak adil.



selebihnya, mereka yang berada pada ketidak pastian hidup dan sisa waktu yang ada, mencoba ikhlas dan tetap bersyukur atas waktu yang masih dapat mereka hirup dengan lebih leluasa, pada sisi terjauh, pada keadaan jauh dari sakit, mereka lalai bersyukur, lupa atas karunia luarbiasa yang mereka dapat, terkadang menjauhi Tuhan. 



sekarang, apa yang akan kamu lakukan untuk kehidupan selanjutnya?
tetap menjadi pribadi yang terus meminta pada Tuhan? dan atau bahkan tidak sedikitpun bersyukur kepadaNya atas segala nikmat yang kita rasakan saat ini, tanpa butuh banyak pengorbanan, tanpa butuh banyak perjuangan.



untuk setiap hembusan nafas yang amat diperjuangkan, dan terbayar amat mahal.

-seorang penderita leukimia-

Dari; seusai hujan reda.

dari luka yang terentas, menyisakan jejak yang begitu berbekas.


dari jejak yang berbekas, membirukan batin yang terkuras.


dari batin yang terkuras, menampikkan kenangan yang menghujani deras.


dari kenangan yang menghujani deras, menyelipkan beberapa rindu yang tak ingin terlepas.


jadi, mau kah kamu menungguku seusai hujan reda?

iya, itu kamu.

ada secercah cahaya biru pada lagu yang mengiringi deru keluku.
padanya, memekakkan beberapa pasang rasa yang merasuk tanpa memaksa masuk.
iya, itu kamu.

Catatan Bidadari Surga

15 April 2006
Hujan mengguyur April. Hey, ada kesalahan pergantian musim disini. Tapi memang sesuatu kadang tak berotasi pada masanya, kan? Bukankan begitu esensi dari setiap kehidupan? Tidak semua sama seperti yang terharapkan, tidak semua seperti yang diinginkan. Tidak tentu, mungkin semesta saja yang tahu alurnya.

Seperti tiap skenario yang Tuhan cipta dan bagikan kepada setiap umatnya, tidak bisa meminta, tidak bisa memaksa. Tugas kita hanya menjalani dan mengikuti tiap alur dan episode Tuhan. Tak ada guna mengeluh, toh, hidupmu tak akan menjadi lebih baik kalau kau menyumpah serapahi hidupmu. Percuma. Hanya saja, Tuhan meminta kita untuk berdoa, memohon karuniaNya, memohon pertolonganNya, memohon ijabahNya. Dan dengan sendirinya, keajaiban itu ada.

28 April 2007
Umurku sekarang 18 tahun, mungkin. Mungkin? Iya mungkin, aku tak tahu kapan persisnya aku lahir. Ibuku tidak pernah berkata padaku. Tentu saja begitu, mengingat rupa ibuku saja aku tak tahu. Ingin mencari tau? Aku tidak punya banyak waktu. Bukan karena aku tidak peduli. Bagiku, lebih baik melanjutkan sisa hidup kini daripada sibuk mencari dan mengaduk-aduk apa yang sudah seharusnya ada di belakang, dan tentu akan menyita waktu untuk masa depanku. Sudah cukup kusita waktuku dengan berbagai pertanyaan tak terjawabku, aku sudah jengah dengan semuanya, dan kuputuskan untuk melupakannya.

1 April 2008
Aku mengenal dia. Iya. Dia. Bukan seperti malaikat yang turun dari langit memang, tapi ia cukup sederhana untuk menjadi yang teristimewa. Aku merasa teramat tinggi di matanya. Ia memberikan aku cahaya yang dapat kuggenggam dengan ke-abu-abu-an yang sering mengiang di siang malamku. Inikah ijabah doa dari tiap malamku, Tuhan? Beri aku sedikit tanda untuk meyakininya. Beri aku kemantapan hati dan keteguhan untuk menjadikannya yang utama. Menjadi imamku.

2 April 2009
Kau memberiku tanda itu, Tuhan. Setelah halang rintang kisah kekasih kami, Ia melamarku malam itu, malam gerimis yang amat syahdu. Aku amat menyukainya, mengenggam aromanya dan memeluknya erat. Semoga semesta merestui batin kami, semoga keberkahan selalu mengiringi kami. Amin.

21 April 2009
Hari penuh haru, hari penuh suka cita, dan duka pada saat yang sama. Kami baru saja meresmikan hubungan pernikahan kami berdua. Tetapi, pada hari yang sama, Ia bertengkar hebat dengan keluarganya. Orang tuanya tidak menyukaiku. Aku teramat sedih, tapi aku tidak tau. Sungguh. Menceritakannya padaku saja ia tidak pernah, apalagi bertanya. Aku selalu ingin menghormatinya. Apakah aku berdosa karena aku ia akan terusir dari keluarganya, Tuhan? Apakah aku harus mengembalikan ia kepada keluarganya, Tuhan? Atau aku saja yang pergi dari kehidupannya? Entahlah. Aku mencemaskannya. Sangat. Tetapi Ia justru yang begitu setia dan berkata, “aku ingin menjalani sisa hidupku bersamamu, sayang. Maafkan aku tidak menceritakan ini kepadamu, hanya saja aku tidak ingin membuatmu khawatir. Aku baik baik saja dan kita akan baik baik saja.”
Sebuah kalimat luar biasa yang membuatku begitu yakin tidak salah menentukan seorang imam dan ayah untuk anak anakku kelak. Sejak saat itu aku berjanji tidak akan pernah mengeluh dan selalu menuruti apa katanya. Aku akan selalu mencoba menjadi istri yang patuh dan diridhoi suamiku. Sampai suatu hari dimana aku harus menyelesaikan tugasku di dunia fana ini. Bismillahirrahmanirrahim.

11 April 2010
Sesungguhnya tidak ada yang lebih menyedihkan daripada melihat seorang suamiku bersedih. Karena aku pula. Sungguh. Aku juga tidak kalah sedih ketika mengetahui, janin dalam kandunganku gugur. Bagaimana rasanya calon anak pertama kita meninggal sebelum kelahirannya. Aku tau kau sedih, sayang. Aku juga tau kau kecewa pada istrimu yang lalai dan tidak mendengarkan nasihatmu untuk beristirahat. Hanya saja aku ingin selalu membahagiakanmu dengan hasil jerihku. Aku ingin kau selalu bangga padaku. Dan ridho atas apa yang aku lakuka untukmu. Tetapi, aku keliru. Seharusnya aku mendengarkan nasihatmu. Seharusnya aku tidak menyela perkataanmu saat kau memintaku untuk tidur lebih cepat. Seharusnya aku… maafkan aku suamiku, maafkan aku Tuhan. Maafkan aku.

17 April 2011
Saat terakhir kali membuatmu bersedih, setahun yang lalu. Kini, setahun kemudian, aku masih belum dihadirkan buah hati seperti yang kau inginkan sayang. Saat mendengar suaramu tiap kau pulang kerja larut malam, aku ingin berbincang denganmu, tapi aku tau kau lelah. Aku tau kau sedang banyak urusan. Aku diam. Meskipun begitu aku tidak ingin mengeluh. Selalu kucoba untuk tersenyum saat kau lelah bekerja, membawakan tasmu, mengusap wajahmu dan mencium pipimu. Aku ingin menjadi istri yang baik bagimu dan ibu yang baik bagi anak-anakmu kelak. Semoga kau selalu meridhoiku, suamiku.

1 Apri 2012 07.00 malam
Sesungguhnya, Tuhan bersama orang orang yang tidak lelah memohon padanya. Siapa sangka Tuhan Maha Baik mengirimkan pesan singkat sederhana lewat mual mualku beberapa bulan yang lalu. Aku hamil lagi. Kini menginjak bulan ke sembilan. Aku teramat sangat menjaganya. Aku tidak ingin sesuatu menghalangi kelahiran anak ini. Aku, sungguh sungguh ingin memberikan buah hati tercinta untuk suamiku, imamku. Supaya dia tidak lagi kecewa padaku. Supaya ia tidak lagi bersedih saat kehilangan anak pertamanya, dulu.

Malamku tidak senyaman biasanya. Aku tidak ingin duduk menonton teve dengan acara komedi kesukaanku, aku juga tak ingin tidur. Tidak seperti biasanya. Suamiku juga belum sampai dirumah, aku hanya terdiam tanpa apa. Mencoba mereka beberapa masa silam, mencoba menyibak sejuta masa lalu yang terendap. Mencoba mengingat ibu, mengingat ayahku yang juga ku tak tahu dimana. Menggapai beberapa kebahagiaan yang terenggut, mencoba bersuara, tak bisa. Aku mencoba, tak bisa. Aku menunduk kemudian. Bukan saatnya untuk bersedih sedih karena takdirmu tidak baik, bukan? Bukan seperti itu mensyukuri nikmat Tuhan. Bukan dengan mencaciNya, memaki ketika permohonan kita tak kunjung datang, atau bahkan mengingatNya saja saat kita terjatuh. Memang, aku belum begitu taat dan menjadi wanita sholihah sepenuhnya, tapi aku diajarkan oleh dunia yang tidak tentu guratannya, dari orang lalu lalang dan penuh cerita serupa atau bahkan berbeda, untuk menjadi seorang yang berguna. Berguna untuk apapun, sekecil apapun itu. Berguna untuk Tuhanku, diriku, hidupku, masadepanku, suamiku, dan anak dari rahimku. Sepertinya tujuan hidupku yang terakhir sebentar lagi terlaksana.

Pukul 10.00 malam.
Buku ini penuh, tulisan carut marut semejak 6 tahun yang lalu tertoreh, terlintas untuk membuka lembarnya satu-satu, menatap hangat, mengharukan sejenak, lalu tersenyum penuh kebanggaan, siapa lagi kalau bukan karena suami terhebat yang kupunya. Ia tidak pernah menanyakan barang sejenak tentang masalaluku, keadaanku, hidupku dulu. Aku juga tidak bermaksut menutupi darinya. Yang aku tau, ia selalu berkata padaku, “tidaklah penting apa masa lalumu, bagaimana keadaanmu, atau seburuk apa kisahmu dulu. Setiap orang pasti memiliki masa terburuknya dalam hidup, tetapi yang terpenting bagaimana seorang itu bangun dan membangun masa depannya kembali utuh.”
Aku selalu menangis mendengarnya dan berjanji pada diriku untuk tetap setia membangun masa depanku kini, bersamanya.
Kututup halaman buku terakhirku, sudah selesai. Sepertinya aku harus beranjak tidur. Disusul dengan bunyi pintu depan terbuka, suamiku sudah pulang, rupanya.
Aku mencoba berdiri, meraih gagang kursi, secara tak sengaja buku buku suamiku terjatuh. Saat mencoba merapikannya, ada satu kertas terselip. Kubuka, dan kubaca dalam hati. Sebuah tulisan singkat dari tangan suamiku sendiri.

Dear, Tuhan. Aku sungguh mencintai istriku apa adanya. Hanya saja beberapa masa aku sedikit, ingin mengeluh. Terlebih ketika aku tidak mengerti apa yang dimaksutkannya. Aku tau dia bisu, Tuhan. Aku mencoba untuk tetap baik baik saja di depan rautnya yang menyenangkan itu, hanya saja terkadang aku.. lelah. Oh Tuhan aku sungguh tidak tahu, terkadang memengertikannya sangat sulit kuterjemahkan, itulah sebabnya aku sering pulang larut, aku hanya tidak ingin membuat istriku kecewa dan bersedih. Sungguh. Semoga rasa kejenuhanku yang aneh ini segera musnah. Aku sungguh mencintai dia, apa adanya.

Aku kuyu seketika. Ada rasa tercengang, dan setengah terguncang. Aku.. tidak pernah tau, bahwa dimatanya aku…. Apakah aku merepotkannya? Apakah aku telah berdosa padanya? Aku menangis sejadinya. Sesaat setelah mencoba berdiri dan mencoba menemui suamiku yang baru saja tiba, ada kontraksi sangat menakjubkan mengguncang perutku. Sakit. Sakit sekali. Sebelum sempat menemui suamiku, aku terjatuh.
***
Saat ku tersadar, aku telah dioperasi. Aku nanar menatap cahaya terang lampu operasi. Bayiku? Bagaimana bayiku? Aku haya bisa berteriak dalam hati. Beberapa saat kemudian, suamiku tiba, dengan bayi perempuan mungil yang cantik. Aku hampir tak percaya ia sudah lahir. Aku bahagia. Teramat.
aku menangis, menangis sejadinya. Suamiku heran.
“Mengapa kau menangis, sayangku? Tidakkah kau bahagia anak kita lahir dengan sempurna?”
Aku mengangguk. Pasti sayang. Aku sangat bahagia. Aku berkata dalam hati. Lalu menunjukkan raut bahagia, tetapi… aku mencoba meraih buku usang milikku. Lalu mencoba mengeluarkan kertas semalam. Aku menunjukkannya pada suamiku, menangis, dan memohon ampun atas perbuatanku ketika aku mengecewakannya. Dengan bahasa isyarat, kami berbicara.
Suamiku sangat terkejut. Bagaimana bisa aku menemukan kertas tersebut. Ia tidak menyangka. Sungguh. Aku mencoba menuliskan sesuatu di sana.
“Aku sungguh minta maaf jika aku tidak cukup membahagiakanmu dengan segala kekuranganku, maafkan aku sayang. Maafkan aku.”
Ia memelukku, memeluk tubuhku yang lemas, lalu menggenggam tanganku yang terkulai. Aku tersenyum tipis. Sejenak aku menunjuk buku usangku, memberikan padanya, dan berkata, “Aku sungguh bahagia menjadi bagian dari hidupmu, sayang. Semoga pintu surga kelak dibukakan untuk Imam sebaik kau. Terimakasih.”
***
Istriku menghembuskan nafas terakhirnya, sesaat setelah mengatakan beberapa patah kata terakhirnya. Sungguh tercengang. Aku tida menyangka ia pergi secepat itu. Meninggalkan aku dan buah hati kecil yang baru saja dilahirkannya. Aku mencintaimu sayang.
Keesokan paginya, aku membaca buku milik istriku, semenjak kami menikah, aku memang tidak ingin mengusik kesukaanmu menulis disitu, meski aku memang penasaran, tapi aku yakin ada masanya kapan aku harus membaca buku ini.

Kubuka halaman satu demi satu, hingga ke halaman itu, sesaat sebelum kau melahirkan, sebelum meninggal. Tidak ada yang dapat kukataan. Aku pun membisu dalam kebisuan. Aku sangat tidak menyangka bagaimana kehidupanmu dulu, bagaimana penderitaanmu dan kisahmu dimasa lalu. Bagaimana kau berkutat dengan kejam kehidupanmu yang bahkan berbicara pun kau terengah. Tidak, kau tidak bisu, suaramu selalu nyaring di telingaku sayang. Aku sungguh menyesal telah mengecewakanmu dengan keluhanku yang urakan itu. Seharusnya aku tidak berbuat seperti itu, seharusnya aku tidak membuatmu bersedih disaat hari terakhirmu ada di dunia sayang. Aku minta maaf.
Maaf yang sungguh percuma bukan? Aku hanya dapat tersungkur di depan papan namanya. Menangis. Memohon ampunan Nya.

Sesungguhnya tidak ada yang sia-sia dalam hidup. Dia hanya sebagian dari siklus sebab akibat yang tidak terlewat begitu saja, oleh karena dia, menjadi sebab bagi kehidupanku selanjutnya yang lebih baik, terlebih saat hujan mengguyur pusaranya ketika tanah merah selesai menimbun jasadnya. Tangisan para malaikat yang mengiringi kedatanganmu. Kau istri yang baik, Tuhan pasti senang kau datang, sayang. 

Minggu, 15 April 2012

We called it, Friendship.

Tidak ada persahabatan yang abadi. Yang ada hanya orang orang yang sebisa mungkin mempertahankannya. -Refrain (Winna Efendi)

Tidak memungkiri, sahabat, teman, adalah bagian kecil yang tidak ternyana keberadaannya sangat berpengaruh pada hidup kita, mereka ada untuk melengkapi hidup kita, dengan tawa-senyum-nasehat-pelajaran-dan-masalah2 yang membuat hidup kita ini lebih bewarna. 

seperti dikutip dari sajak Kahlil Gibran yang berjudul Persahabatan;

Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?..Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapar dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.


Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.

Kahlil Gibran

Yak. begitu berartinya sahabat tidak khayal membuat kita seharusnya bersyukur, bersyukur atas kerelaan banyak waktu, keikhlasan banyak kata, dan pengorbanan dan perjuangan bersama, untuk tetap mempertahankan persahabatan ini.

untuk itu, saya mempersembahkan, "Tulisan buat Sahabat" yang berisi kisah-kumpulan-cerita-dan-persona masing masing sahabat yang sangat berjasa untuk membuat hidup saya lebih indah, cerah, dan tentu saja awet muda karena keseringan ketawa. sekian dan tunggu postingan selanjutnyaaaaaaaaaaaaah!

Salam Sahabat!

joget+nyanyi cherrybele yang bff ~ *dikepruki *kabur ~ 

kiki ramadhani. 

IP Family. We Are 2010 :D

Hari ini, eh kemarin maksutnya, 14 April 2012 bertempat di Gor UII tercinta yang ada di pucuk gunung lereng merapi jakal km 14,5 diadakan kejuaraan tahunan yang cukup bergengsi di kancah internasional program UII yang juga kece *halahnarsis* yaitu IP CUP :D yeyeye lalala yeyeye kalo kata mbak deti :3


nah, disana ada tiga kejuaraan yang diperebutkan, bulutangkis, basket dan futsal. badminton masih dihuni oleh juara bertahan angkatan 2010 berjaya ~~ oleh sodara mega, anny dkk. menumpas lawan lawan dari adek angkatan dan kakak kakak angkatan. congrat guys :)


kejuaraan kedua yaitu basket. tim basket putra 2010 yang di gawangi oleh sodara derry, pieter, adi, burhan, supad dkk sudah sangat berjuang luar biasa sampai ada cidera sana sini. meskipun tidak mendapati juara, kalian tetep juara di hati kita kok :D kalian hebaaaat :3

 pemain bulutangkis dan beberapa tim basket putra (mega-burhan-supad-adi)


buat tim basket putri 2010 yang di wakili oleh lariza, aghnia, almalia, yanibonny, sandra dan anggik ini sudah bermain sangat maksimal sekali. meskipun pada akhirnya mendapati posisi runner up di bawah angkatan 2009, kami para supporter sudah sangat puas :D terlebih kejuaraan basket baru diadakan tahun ini. tahun depan kita juara ya teman teman :')


dan tim futsal yang di gawangi oleh addin dkk juga cukup sengit dan tangguh untuk menghadapi lawan-lawannya. meski tumbang oleh angkatan 2009 yang dapat mengungguli mereka. tahun ini tahun kedua final futsal IP CUP antara 2009 dan 2010. meski begitu, kami tau kalian sudah melakukan yang maksimal. we proud of you all :)

tim futsal putra di kursi pemain (anang, rizan, guruh, trio, mimin dan derry)

daaaaan sebenarnya yang terpenting dari kejuaraan tahunan yang diadakan oleh IPF UII ini lebih dikaitkan oleh kebersamaan dan kekompakan para mahasiswa satu angkatan IP FE UII yang mana terbagi atas tiga jurusan, yaitu accounting, management, dan economics. karena kita satu tim, kita jadi saling mendukung, saling kompak jadi supporter, dan lebih akrab lagi dengan teman teman satu angkatan :D

Ladies IP 2010 menggunakan baju angkatan, siap sedia menjadi supporter setia :3

kebersamaan itulah yang kami dapatkan hari ini. seru, menyenangkan, mengharukan, dan juga menegangkan. semuanya bercampur aduk jadi satu. lelah, senang, capek, tapi bahagia. setidaknya hari ini kami angkatan 2010 sudah menyuguhkan yang terbaik. kalah menang itu hal biasa, setidaknya kami sudah mencoba :D

segenap mahasiswa IP Management 2010 yang begitu ceria dalam indahnya kebersamaan di IP CUP 2012 :')

Finally, we ended this day with full of tired but happy and we'll hope that IP CUP 2013 will write a new our history victory :3

See you next year guys! ciao

Salam Sehat :3

kiki ramadhani.

Nasi Goreng Padmanaba, 14 April 2012 ~

well, sedikit mengulas beberapa celotehan saya bersama seorang sahabat saya yang sebenernya unyu tapi kadang suka gengsi buat bilang saya lucu, *eh? haha seorang mahasiswi dualisme yang ciamik, mandiri dan amat macho :3 


kita membahas ngalor-ngidul-ngulon-ngetan soal masalah kuliyah, kangen, kehidupan hati yang tidak stabil, insecure, dan lain sebagainya, sampai membahas sedikit tentang keadaan hatinya saat ini. *cielah


karena ini rahasia, jadi saya tidak menceritakan kisah lengkapnya, hanya saja, pada akhir cerita teman saya, ia berkata:


"aaaa kenapa aku baru ketemu kamu sekarang. kalo kamu bilang orang yang kayak gitu jangan di sia-siain, berati aku amat sangat menyesal sudah menyia-nyiakan dia, padahal dia udah pas banget sama apa yang kamu bilang :( ."


dengan ringan saya berkata, *sokidihbangetyaaku*


"dia ada di hidup kamu buat dijadiin pelajaran, kalo kamu merasa dia punya "nilai" yang tinggi di mata kamu, itu artinya besok di masa depan kamu harus bisa dapet orang yang "nilai" nya lebih tinggi daripada dia. kamu pasti bisa. semangat!"


dan seperti biasa ia hanya berkata, "kik, kamu. errr"
aku: "kenapa? aku lucu? iya emang" :D 


sekian dan terimakaciiiiih :D


kiki ramadhani ~

Jumat, 13 April 2012

STOP!

STOP SAYING IT SHOULD BE LIKE THIS OR LIKE THAT. JUST DO WHAT YOU WANT TO DO TO GET WHAT YOU WANT. OR THE CHANCES NEVER BE REPEAT.

Rabu, 11 April 2012

Mine.

is not that hard. i know.

kesehatan menurun, membuat otak juga tidak berpikir jernih, menimbulkan efek sedikit menyebalkan.

kalo mau ngomongin relationship buat umur sekarang, mmm gabisa lagi dibilang masa-masa yang cuma 'coba-coba' bukan berati harus spaneng too serious dan jatohnya insecure berlebihan juga. in context we must think mature-ly. i'm not a child, you are not a child, it is not the time to act like child anymore. 

perubahan.
yak. kalo di bandingin dari umur kelabilan jaman sma dulu emang beda banget ya. cara pandang, cara mikir, cara bicara, cara berkelakuan, dan cara buat sayang sama orang.

dulu mah, suka ya suka aja, sayang ya sayang aja. engga mikir sayang sama seseorang dg lebih bijak, bagaimana caranya mengatur kadar sayang dan controlled that. i'm surely masih berkutat dengan ini. soalnya gada yang bisa nerka apa yang hati kita mau lakuin, sebelum otak kita berpikir lebih dulu. 

cuman yang aku tau, sekarang aku nemuin kamu, kamu yang beda, yang juga bikin cara pandangku tentang rasa sayang itu beda. ga peduli ada jarak 1000 kilometer, ga peduli banyak perbedaan diantara kita, yang penting dari banyak perbedaan itu aku nemuin sederhananya kamu. sederhananya canda dan tawa yang membahana di banyak malam yang berbeda, sederhananya rasa rasa yang menghinggapi batinku, dan sederhananya kamu yg membuat aku sangat kagum dengan kamu :)

i know i'm not perfect person, i know you're not too. but i just want you to know, that i love you without hoping any perfection. not just love your goodness, but also all that you have. your own. just you. mine :')

Selasa, 10 April 2012

untuk kamu.

i love you :)

Senin, 09 April 2012

untitled

Saat temaram senja menyisikkan pelik syahdu
Menjamah satu ketukan mata mata
Menapaki jejak jemari memilah buku
Menjengkali sejenak haus rindu untukmu
Sebaris tereja
Rindumu tak habis kuteguk
Adakah satu yang mau kau kecup?
Hening
Sembari tertatap cermin sendumu
Aku terbahak
Menertawakan sepi
Menyenandungkan secuil pupus
Lalu menyesalkan kata.
Apalah asa yang satir
Apalah rasa yang getir.
Lingkaran kosong tak berpenghuni
Kini tertata rapi
Terjejali namamu.