Jumat, 26 Desember 2014

Waktu.

Sebuah waktu dari detik-detik yang biasa terabaikan itu mulai nampak menyudutkan perasaan. Ketika itu aku masih seringkali duduk semeja dengan kenangan, juga rindu-rindu menggelayut di gagang pintu belakang. Mengendap dan meracuniku perlahan.

Sebuah waktu itu mengumpulkan perasaan perasaan baru, mengepalkan telapak tangan dan mencuri sepertiga bagian dari pikiran yang seharusnya kupenuhi matamu. Namamu.

Nyatanya, waktu pulalah yang beranjak pergi. Meninggalkan seluruh jejak jejak kosong tak berpenghuni. Seluruh kenangan yang sudah basi untuk dipanaskan kembali.

Waktu. 
Waktu itu aku melihat senyummu dan betah-betah menyimpannya di mataku.

1 komentar: