Dalam gelas berisi mimpi itu
Kulihat dua bola mata yang memandang nanar
Diam
Diam
Diam
Lalu menangis
Dalam langit mimpi yang menjatuhkan kepucatpasian semesta
Kutatap dua telapak tangan yang rapuh
Berjalan
Berjalan
Berjalan
Lalu jatuh
Dalam pekat pekat arang pada
Langit dalam gelas itu berkecamuk,
Ada sepasang bola mata juga kedua telapak tangan
Yang sibuk memajuh mimpi
Mulut-mulut mereka penuh darah
Tangisan dari mimpi-mimpi
Tak ada ampun
Hingga hingar bingar tak ada lagi
Hingga harapan tak bersuara lagi
Hingga hidup enggan bangkit kembali.
Jogja, 3 Maret 2015
Rabu, 04 Maret 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar