Selasa, 26 November 2013

Dalam Kejam Hujan



Hujan memetamorfosa ingat-ingat di pelupuk lalu menari dalam deras bersama awan-awan kelabu yang hinggap di atas kepalaku.di kala Petrichor bukan lagi alasanku betah berdiam di depan pintu, di saat gelap masih nyaman menggantung di langit-langit semesta.

Hujan membuatku malu. Ketika dengannya aku perpapasan dengan kenangan di persimpangan perpustakaan kota. Aku diam, kamu diam. Hujan bersikeras memaksaku berlama-lama di sana.

Hujan adalah kejam.

Dalam kekejaman tiap rintik yang dijatuhkannya, tiap bejana yang hancur satu-per-satu beriringan dengan bulir yang akhirnya terelakan.

Hujan masih kejam.

Dalam kotak-kotak berisi buncahan perasaan aneh menggelitik. Membuat susah tidur, membuat tak ingin lupa. – bersama hujan, Ia tak pernah benar-benar dihanyutkan.

Hujan akan tetap kejam;sampai yang lupa tak pantas diingatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar