Rabu, 13 November 2013

Meteor dan Visualisasi Mimpi



METEOR

" Meteor akan terus berpijar, melesak dan menjelajah cakrawala, menembus malam, melampaui waktu dan dimensi, mengurai pekat, hingga masa menghantar ke peraduan. Terus berproses! "

Kata kata di atas adalah kutipan dari pengantar sang editor dalam buku Antologi Puisi Bengkel Sastra 2008 oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Berisi karya 28 siswa SMA se-Yogyakarta yang telah mengikuti pelatihan selama sepuluh minggu dengan pengajar yang mumpuni di bidangnya tentang bagaimana memproses puisi sebagai sebuah karya sastra. 

Mengapa buku ini berarti untuk hidup saya?

Karena dari buku setebal 102 halaman ini, upaya saya dalam dunia tulis menulis khususnya puisi akhirnya menemukan langkah pertamanya. Bak bayi yang baru lahir dan menemukan tempat berpijak, selama sepuluh minggu mengikuti pelatihan ini, saya menemukan jejak kaki mungil yang siap menghiasi kertas-kertas kosong dengan rangkaian kata-kata dalam puisi.

Saya baru menginjak usia enam belas tahun kala itu, ditawari oleh ibu saya yang mana sekaligus guru bahasa Indonesia di sekolah saya. Saya memang menyukai puisi, sama seperti saya jatuh cinta pada puisi Sapardi Djoko Damono. Tetapi, namanya juga amatir, puisi puisi saya memang belum mahir, jauh dari indah seperti penyair- penyair yang saya kagumkan. Meskipun sampai kini puisi saya masih belum sehebat mereka, yang penting proses kreatif dan rasa dalam menulis tiap puisi itu. Lalu akhirnya saya menyetujui untuk ikut pelatihan ini, dan ternyata bukan main banyaknya manfaat yang saya dapat selama berada di Bengkel Sastra 2008, selain kita bisa belajar tentang proses kreatif penulisan puisi, kita juga diberi uang saku tiap akhir sesi pelatihan. Luar biasa sekali bukan? Dan uang saku tersebut hampir setara dengan uang saku saya selama seminggu kala itu x))

Buku ini tercipta dari rangkaian usaha dan semangat kami, 28 siswa yang sama sama mencintai dunia puisi. Di dalam buku ini, ada jerih dan keringat kami curahkan, juga curahan hati yang turut andil dalam proses pembuatan buku ini. Buku ini lebih dari sekedar berarti, buku antologi pertama saya, dan jelas bukan yang terakhir.

Berikut adalah dua dari tiga puisi saya yang masuk dalam buku Meteor:



Pencarian

Siluet kelabu terasing jelaga
Mengintip
Dari bilik balik pujangga
Mendekat
Berbisik
: di manakah dia?


Lentera Kenyataan

Cahaya-cahaya kecil yang terbang terbawa kunang-kunang
Di balik ilalang padang yang menjulang mengembang
Menemani hasrat suci yang kini sepi
Menunggu pagi
Menunggu pagi

Titik-titik berwarna kuning keemasan itu
Berkumpul
Berkeliling
Di tepian relung sukma
Menjelma menggema
Mengembang terbang

Lentera kenyataan masuk di balik jengkal jejakmu
Menunggu pagi
Menunggu pagi


Bagian lucu dari terbitnya buku ini, adalah ketika ada seorangpenelepon tak dikenal menelepon dan berkata ia menyukai puisi-puisi saya. Saya cukup terkejut karena belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya. Tapi di sisi lain ada kebanggaan tersendiri atas diri saya karena karya saya dapat diterima dengan baik. Dan saya amat bersyukur akan itu :')  

Hingga kini, hawa dari meteor yang terus berputar menjelajah semesta dalam diri saya untuk tidak berhenti berkarya menembus langit, hingga tiada waktu tetsisa untuk menyisakan ruang menulis sebuah puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar