Kamis, 09 Agustus 2012

Di Suatu Dini Hari

aku tau, ribuan detik yang sibuk merangkai takdirnya sendiri itu telah menemukan sebuah rasa yang begitu menakjubkan. ia dipertemukan oleh banyak kata yang kemudian tersusun sedemikian rupa memenuhi bilik bilik tiap jelaga malam yang kau singgahi, di banyak keheningan yang tercipta oleh beberapa masa menyedihkan yang sengaja tertoreh oleh orang-orang yang sibuk memondar mandirkan kebahagiaan, dan kini kembali disibukkan dengan gejolak sebuah perasaan yang tidak ia kira sebelumnya. ini berbeda katanya.

aku tau, puluhan ketidaksengajaan antara lini masa dia dan aku yang terpaut dalam satu ruang yang sama-sama bersemayam sepi kerinduan, diantara banyak sebab akibat semesta yang menjadikannya kita. iya, akhirnya kita mencoba merangkai susunan abjad bersama untuk saling menguatkan. tidak lagi hanya saling bertukar duka dan canda. disini, sejatinya pencapaian sebuah kebahagiaan itu baru saja akan dimulai.

lalu, selangkah demi selangkah kita coba mulai dengan menjejakkan kaki pada tanah yang sama, saling merengkuh dengan keterbatasan yang aku dan kamu miliki, juga bagaimana kita dengan seksama tidak memaksa kebahagiaan selalu bersama kita, namun selalu berusaha agar kebahagiaan itulah yang senantiasa datang dan menemani tiap malam kita. begitulah, iya begitulah. bukan kesempurnaan yang kita cari, tetapi kesederhanaan saling memiliki dan mempertahankan apa yang sudah ada, setidaknya, kita berdua sudah sama-sama berusaha saling meyakinkan.

iya, ketika sapa kemudian mengabur disela angin yang juga meratap, tersadar bahwa ia adalah salah satu manusia yang ditakdirkan untuk singgah pada beberapa jingga pada senja yang kita tambat bersama, juga banyak menit yang kita habiskan berbincang sampai subuh, atau disisipi dengan kata-kata ambigu menyebalkan yang begitu membuat semu merah pipiku. iya, kamu salah satunya, salah satu yang dipinjamkan Tuhan untuk membuatku mengerti, bahwa bahagia tidak hanya dapat direngkuh saat kamu menemukan bahagiamu, tapi juga saat kamu bisa menerima takdir semesta, ketika sewaktu-waktu kehilangan itu menerpa kehidupanmu. setidaknya, kamu mengajarkan bahwa kehilangan tidak selalu identik dengan kesedihan. 

iya, aku juga mengerti ketika kamu pada suatu hari berkata, "kamu harus bersiap kapanpun Tuhan mengubah skenario yang kita rancang sedemikian rupa, juga kebahagiaan yang sudah kita susun dengan segala detailnya. Tuhan Maha Adil dengan semua yang Dia kehendaki." 

Iya, untuk itulah aku juga akhirnya mengerti. Aku tau, kamu dan aku begitu berbeda, kita juga saling meyakini bahwa kekekalan sejatinya hanyalah tertera pada keyakinan yang kita toreh sendiri. tidak ada yang abadi, tidak ada yang sempurna. dari banyak kedustaan pada diri sendiri, dari banyak problematika yang sengaja dan tidak sengaja mengguncang rotasi lini masa rasa kita berdua, yang akhirnya, menunda kita untuk mewujudkan kebahagiaan dengan dua tangan saling memeluk dan dua rasa yang saling terpaut.

pada akhirnya, ada dua hati yang kembali memilah takdir hidup barunya masing-masing. sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar