Senin, 10 Februari 2014

Seperti Aku Enggan Menghapus Kamu

Kepada, kamu yang (mungkin) tak terhapus, tapi juga enggan kutulis kembali.

Sore ini, mendung masih menggelayuti langit-langit Jogja. Seperti yang dulu pernah kita nikmati dengan sore yang tak jauh beda seperti ini. Aku masih suka sore, sore berangin yang justru seringkali membuatku terhanyut dalam puisi-puisi, peppermint tea, dan buku-buku yang sering kamu ceritakan itu. Ada satu yang tertinggal di rumahku. Mungkin sengaja kau tinggal, aku juga tak pernah paham akan hal itu. Aku sudah terlampau lelah untuk bertanya apapun yang tak kupahami. Bukan juga untuk membiarkannya tenggelam menjadi rahasia. Hanya saja aku merasa sudah cukup bertanya, sudah cukup mencari tau, sisanya tinggal menunggu apa yang harus kuketahui dan yang belum harus kuketahui untuk saat ini.

Tetapi, kita tak pernah tau kapan aku ingin mengingatmu bukan? Seperti ketika aku menatap sore seperti ini, dan seketika ada perputaran episode yang sebenarnya sudah berhenti kuputar. Ah, aku tak mengerti

Kau tau?
Senyuman di wajahmu serupa candu pengobat segala luka, seperti senja selepas hujan reda. Membuatku lupa sehabis terjatuh, separuhnya remuk.        

Kau ingat?
Tiap telapak tanganmu menyentuh kulitku, tiap dekap melingkar merengkuh tubuhku, tiap senyum menghanyutkan duka, tiap tatapan mata tak bersuara, seluruhnya tak elak membuatku telak dalam kamu.

Kau lupa?
Di suatu masa di persimpangan kota, tidak ada senyuman itu, tidak ada pautan jari jemari yang terikat, tak ada pula teduh dalam tatapan matamu.

Sepanjang tapak-tapak tertera, memunculkan goresan-goresan tinta lama.
Berbaris menunggu gillirnya disambut, berjajar rapi. 

Tertulis: aku tetap enggan menghapus kamu.

Jogjakarta, Februari 2014

Kiki Ramadhani

2 komentar:

  1. belum move on non? jangan lama-lama ya, masih banyak cinta lain yang menanti untuk membahagiakanmu. semangat terus :D
    -ika, tukangpos

    BalasHapus
  2. teruntuk: yang sudah di relakan dan tetap kembali ya, kak? :p

    BalasHapus