Selasa, 19 Juni 2012

Ramai


Malioboro, Juni 2011

"Aduh, aku capek," keluh Nina pada Saka.
"Kita itu udah keliling-keliling Malioboro dari ujung sana sampe ujung sana Saka. Aku capeeeeeeeek," keluhnya lagi.

"Masa segitu udah capek? Itung itung olah raga dong Nina", Saka mencoba merajuk Nina.
"Sebentar lagi. Sebentaaaar lagi aja deh, cuma sampe situ," Saka menunjuk Benteng Vredeburg tak jauh dari situ.

Nina akhirnya berjalan sambil manyun-manyun kecapekan sedari tadi. 
"Mau anak ini apasih", batinnya. Ia menyeret kakinya dengan malas. Amat amat malas.

Benteng bredeburg 16.35 wib

Seharusnya benteng tutup pukul empat. Tetapi, sedang ada festival kebudayaan yang berlangsung di sini, jadi, benteng buka sampai malam.

"Jarang jarang nih bisa ke Benteng Vredeburg sore sore gini," ucap Saka dengan wajah berseri.

"Emang kenapa gitu? Terus penting?" Balas Nina sekenanya.

"Aih cemberut terus sih kamu, sini aku ajak keliling. Kamu itu udah jarang pulang ke Jogja sekalinya pulang marah-marah mulu. Sayang atuh sama wajah kalo keriput dini," Saka terkekeh, sedangkan yang diledek makin manyun.

Nina berjalan di belakang Saka, pelan-pelan. memasuki satu persatu diorama yang ada di Benteng Vredeburg. 

"Hmm, ternyata isinya bagus juga yah, menarik," Nina berkata pelan.

"Sudah neng marahnya?" ledek Saka.

"Mendadak diingatkan lagi, Nina kembali cemberut.

"Apaan sih," lalu melengos keluar dari diorama. 

"Udah cuma segini aja dioramanya?" Tanya Nina ketus.

"Eits, belum. Masih ada di atas, naik yuk."

"Naik?" Nina melirik Saka, mengernyitkan dahinya sesaat, lalu melangkah kembali, dengan malas.

Saka hanya tersenyum tipis, mengikuti Nina.

Kemudian Saka menjulurkan tangannya. "Sini, kamu lama banget sih jalannya."

Nina terdiam, lalu membiarkan telapak tangan Saka berpaut pada telapak tangannya.

Menyatu.

Di lantai atas terdapat koleksi koleksi barang barang peninggalan jaman dahulu, terasa sekali aroma masa-masa lampau yang kuat. Betapa sebuah perjuangan dapat terukir tanpa harus basi di makan waktu.

Sementara itu, kedua tangan mereka masih di sana, masih tersatukan dalam sebuah genggaman yang sama.

Lantai Dua Benteng Vredeburg, Sisi Selatan-Barat Laut 17.20 WIB

"Eh, ada sesuatu yang bagus yang mau aku kasih lihat ke kamu Nin," ucap Saka tiba-tiba.

"Eh? Apaan tuh?" jawab Nina penasaran.

Tanpa berkata Saka mengajak Nina keluar dari diorama lantai dua, menuju tempat semacam balkon si sisi selatan-barat lantai dua benteng, dan et voilla! 

Nina disuguhkan sebuah senja. Sebuah senja dari Yogyakarta, yang memang istimewa.
Dari sini, Nina melihat keelokan gedung Bank Indonesia dan Kantor Pos Besar yang tampak menawan dengan segala khasnya, melihat keramaian lalu lintas Malioboro yang tidak pernah surut akan penikmatnya, melihat bagaimana lembayung senja berarakan akan pulang ke peraduannya, dan melihat alun-alun yang tampak dekat di sebelah selatan. Melihat semuanya. Nina senang sekali.

Dan rasa-rasanya, Nina mulai merasakan keramaian di hati dan benak Nina, banyak kupu-kupu mengelilingi dirinya. indah sekali.

"Selamat ulang tahun, Nina," ucap Saka sambil mengecup pipi Nina.
"Terima kasih Saka, terima kasih kadonya," Nina memeluknya perlahan.

Tiba tiba aku melihat kakak sepupuku datang dari arah samping, membuatku kaget.

"Loh, kak andre, ngapain kesini?" tanya Nina.

"Kakak mau ketemu orang dek, ini orangnya," ucap Kak Andre sambil melingkarkan tangannya di pinggang Saka. Raut wajah saka berubah kemerahan saat itu juga.

Aku diam tanpa kata.
Tersentak seketika.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar