sapalah sepi pada matahari
sapalah sepi pada hari yang mau mati
sapalah sendu pada peluh dan percikan keputusasaan
menyatu.
aku hanya terbiasa menyenandungkan rindu padamu. meniti masa yang akan datang dengan senyummu di sampingku. melukiskan bahagiaku dari wajahmu dan mencerahkannya. mungkin aku hanya ingin itu, tapi itu lebih dari sekedar kamu.
dan saat nafasmu sudah menjadi sumber bahagia seorang yang baru, aku pun merasa sudah saatnya ketermanguanku harus terhenti. aku tidak kalah, juga tidak menyerah. hanya saja, aku merasa cukup untuk memutuskan mengakhirinya, menuntaskan kisah yang ini, dan membuka cerita yang baru. kamu yang baru.
saat kita dapat memutuskan untuk mencukupkan rasa pada seseorang, jauh terasa lebih hangat dan lega, dibandingkan jika kita dengan tak ada pilihan, dan dengan rasa keterpaksaan harus mem-berhenti-kan asa, dan memutuskan rindu secara sepihak, secara mata terbuka. Dan aku merasakannya, sungguh me-le-ga-kan.
Senyumku pun dapat mengembang dengan sendirinya, tak ada luka, dan tak ada bekasnya, semua sudah larut dalam keikhlasan yang sudah kututurkan sebelumnya, dan tak ada yang harus di sesalkan. Aku sangat yakin Tuhan telah menggariskan setiap skenario cinta dalam tiap jiwa hamba-Nya.
Tuhan tidak akan membuat hambaNya sengsara, menderita, atau menyakitiNya, hanya saja, Dia -Sang Maha Mengetahui- selalu mempunyai banyak cara untuk membuat tiap manusia dapat selalu belajar dan bersyukur. itulah Hidup :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar