Jumat, 20 Januari 2012

#6 Teruntuk Seorang Elegi

Kau pasti tahu aku menyendu, merundung dengan tatapan semu, tapi tak jemu. Mengapa kau kembali? haruskah kau kembali?
aku menangis sejadinya.


Aku tak mau merengkuh duri dalam asaku, tak jua menyelimuti rasa yang palsu. aku hanya tak ingin kau membuatku membisu, lagi.


Kau sungguh menyita isi otakku, menggantinya dengan namamu, dan mengalir di denyut nadiku. menyiksa. aku sungguh tersita.


tidak bisakah kau enyah?
enyah dari keterpurukanmu sendiri.


seharusnya aku yang menertawakanmu. karena kau payah. kau ada untuk membuat banyak detik manusia melemah. sampai dasar yang paling dasar. sampai rasa mereka mati. tapi tidak untukku. setidaknya aku menyadarinya kini.


kau, seorang elegi. aku tak akan terjerembab dalam kesyahduanmu yang memilukan itu. urus saja sendiri kisah sedihmu. aku tak akan lagi peduli.

#5 Catatan tentang Langit

Usap aku, dari semua peluh lelah yang mulai menggoyahkan irama nadiku. aku ingin kau bawakan aku hujan; yang akan menghapus jejak langkahku yang telah lalu, telah terbeku.
Aku ingin pelangi.


Tapi kau justru memberiku sebuah langit.
Langit berkata: kau tak membutuhkan pelangi, yang kau butuhkan, aku.


aku menyela: aku ingin pelangi, dan bintang di kala malam dingin tiba.


Langit kembali menegaskan: pelangi hanya tiba ketika kau lara, ketika kau menangis sesudah hujan mendera, tapi langit tidak.


hahaha kau sungguh lucu. mungkinkah? lalu bintang itu?


Langit tersenyum tipis, lalu berkata: Ia tak setia menemanimu, Ia memang penerang saat kegelapan, tapi ia tak mau hadir kala matahari menyengat kulitmu. aku dikirim untuk menemanimu. yakinlah.


diam. hanya diam.


sesaat setelah itu, secarik kertas tertuju padaku, seakan seseorang menghantarkannya untukku.


Langit itu indah, jika kau hiasi dengan keindahan disana, langit itu kan sendu, ketika kau isi dengan duka dan lara. Langit kan selalu menatapmu, meski kau tak melihatnya, langit itu tetap ada disana, selamanya.

 senyumku mengembang sempurna.


Tolong katakan padanya, Aku mencintainya :)

#4 Pesan Dari Tuhan

sapalah sepi pada matahari
sapalah sepi pada hari yang mau mati
sapalah sendu pada peluh dan percikan keputusasaan
menyatu.

aku hanya terbiasa menyenandungkan rindu padamu. meniti masa yang akan datang dengan senyummu di sampingku. melukiskan bahagiaku dari wajahmu dan mencerahkannya. mungkin aku hanya ingin itu, tapi itu lebih dari sekedar kamu.

dan saat nafasmu sudah menjadi sumber bahagia seorang yang baru, aku pun merasa sudah saatnya ketermanguanku harus terhenti. aku tidak kalah, juga tidak menyerah. hanya saja, aku merasa cukup untuk memutuskan mengakhirinya, menuntaskan kisah yang ini, dan membuka cerita yang baru. kamu yang baru.
saat kita dapat memutuskan untuk mencukupkan rasa pada seseorang, jauh terasa lebih hangat dan lega, dibandingkan jika kita dengan tak ada pilihan, dan dengan rasa keterpaksaan harus mem-berhenti-kan asa, dan memutuskan rindu secara sepihak, secara mata terbuka. Dan aku merasakannya, sungguh me-le-ga-kan.

Senyumku pun dapat mengembang dengan sendirinya, tak ada luka, dan tak ada bekasnya, semua sudah larut dalam keikhlasan yang sudah kututurkan sebelumnya, dan tak ada yang harus di sesalkan. Aku sangat yakin Tuhan telah menggariskan setiap skenario cinta dalam tiap jiwa hamba-Nya. 

Tuhan tidak akan membuat hambaNya sengsara, menderita, atau menyakitiNya, hanya saja, Dia -Sang Maha Mengetahui- selalu mempunyai banyak cara untuk membuat tiap manusia dapat selalu belajar dan bersyukur. itulah Hidup :)

Kamis, 19 Januari 2012

#3 Selamat Pagi, Merah Jambu!

Selamat pagi Tuhan.
Selamat pagi kamu.


Pagi ini aku terbangun saat hujan mendera. aku tersikap. sebenarnya tidak apa, hanya saja, wangi hujan seperti membaur dengan aroma tubuhmu. wangi dan khas. aku tergugu.
Jadilah aku termangu lugu, memandang kaca berbatas embun menatap rintik kecil air yang jatuh satu satu. aku rindu kamu.


Dengan sedikit terisak, menerawang kembali ke sebuah masa, masa dimana kau ada, kau berada, kau disini. tersenyum getir aku. tidakkah kau ingin kembali ? tidakkah kau merinduku?
aku hanya bisa menghela nafas. sendiri.


kalau begitu, aku hanya minta satu permohonan:
sampaikan surat ini kepada penerimanya, aku mohon, Tuhan.


Selamat sarapan kamu,
Selamat pagi, merah jambu! :)

Minggu, 15 Januari 2012

#2 Salam untuk Tuhan

halo kamu.
Apa kabar? apakah Tuhan telah menyampaikan pesanku untukmu ? Semoga kau telah mendengarnya, aku masih baik baik saja di sini. kau tidak perlu khawatir :)
Hari ini aku pergi ke pantai. Sayang sekali kita belum pernah ke pantai bersama, tapi tak apa, kenangan tentangmu sudah terlalu banyak menjejali memoriku, aku tetap suka.
Kau sehat kan disana ? aku sering terhenyak dalam malamku ketika secara tiba tiba kau muncul dalam mimpiku. Semoga Tuhan selalu menjagamu. Aku tau Tuhan pasti sangat menyayangimu.
oh iya, aku teringat kata katamu tentang senja, pada suatu sore yang cerah..
"aku ingin menjadi senja, ketika semua pujangga terpesona dan memujanya dengan butiran kata kata indah yang sungguh menyentuh."
aku juga ingin jadi senja, senja yang selalu kau tunggu di akhir sore. sore di harimu. di hidupmu. Walau kini itu tidak lebih dari sebuah permohonan yang sia sia, namun aku tetap yakin kau masih mengingatku di sana.
Jangan khawatir, tak ada kesedihan lagi setelah kau pergi. karena aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tetap menjadi wanita yang kuat dan tegar, seperti yang selalu kau ucap. Semoga esok aku dapat mengirimkan surat yang lebih banyak lagi untukmu.
Sampai jumpa, Kamu! :)

Sabtu, 14 Januari 2012

#1 Berdamai dengan Kamu.

Dear Kamu.

Apa kabar? Long time no see ya sejak kepergianmu waktu itu. Tanpa pamit, tanpa seucap kata, tanpa kabar berita. Tanpa sadar sepucuk surat ini ingin kukirimkan kepadamu, yang sudah hampir dua tahun menghilang dari peredaranku. Kau tau, beberapa waktu setelah kepergianmu, baru taulah aku atas apa yang terjadi padamu. Dan itu sungguh memiriskan aku. Karena saat terakhir kali aku bertemu denganmu, kau masih terlihat baik baik saja, tanpa kurang suatu apapun. Berkaca kaca aku saat ku tau kau sudah di dunia yang baru, dengan keadaan yang baru, dengan pribadi yang baru, dan dengan hidup yang baru. Mungkin itu caramu berdamai dengan Tuhan, tapi sejujurnya aku merindukan kamu yang dulu. Kamu yang apa adanya, kamu dengan kedewasaan yang kamu miliki. Kamu yang sangat amat kamu. Auramu yang sungguh bersahaja, sikapmu yang dengan sabar mengajariku apa arti hidup yang sebenarnya. Hidup dengan realita yang pelik, yang tak selalu mudah, yang tak selalu indah. Tuhan pasti amat menyayangimu. Dan kau pasti tau itu :) terimakasih untuk pelajarannya yang amat membekas, bagiku kau ada dalam sejengkal inspirasiku. Selalu.

Tuhan, jaga dia dalam dekapanMu. Dan sampaikan salamku untuknya. Aku tau Engkau Maha baik, Tuhan. Sampai jumpa kamu di stasiun kehidupan selanjutnya. Aku yakin suatu saat kita bisa bertemu :')

Senin, 01 Agustus 2011

jatuh

sesak otakku kini .
mendera terpaan bayangmu.
lelah bejana diriku merasa.
tiada asa yang nyana .

terhempas tangis sang penceritera .
terbius jelaga hampa matamu .

aku terpaku tergores luka .
lalu menangis dalam tawa .

aku terhenyak menatap serpihan asa .
dan memandang buta mereka .

peluh ini penuh membasahi janji .
darah ini telah merasuki benci .

ketika tatapan kosong ini kan segera kembali ..

kuyakin ku kan pergi dari semua siluet halusinasi ..

jeritan nurani (antologi puisi Bengkel Sastra Balai Bahasa Yogyakarta 2008)

Beratap langit kelam jelaga
aku bersimpuh bagai seonggok nyawa tak berharga
beralaskan sajadah doa yang kurasa
menanti ijabah mendesah resah
malam kian menetes satu-satu
ilusi fana membelenggu
nurani diam berteriak
menanti kasihMu

setitik keindahan

terpandanglah langit .
menatapnya yang mulai tertutup kelabu .

Tulisan biru ,
dan tangan tangan kecil yang kadang mengadu .
kini tertunduk dan terpejam.

dalam angannya ia berkata :
kau tersipu mengabu .
di antara getah pilu nestapa.
di kala pelangi senja yang tag terkira adanya .

tersapalah sepi pada matahari .
sapa pada hari yang mau mati .
sapa sang penanti pada lilin yang hampir mati .

mentari pun meneriakkan hampa .
membuyarkan keheningan sang purnama . 
mentari membelai asaku
menerawangku jauh melayang .


aku mengernyitkan dahiku .
sesaat kemudian..

aku tersipu ..

SAAT SENJA MENGIRINGI LAGUKU

hawahawa pelukmu merasuk ke relung jantungku .

ketika itu butiranbutiran mutiara membeku .
dan aku tetap saja merindu.

lentera yang terpancar dari bilik kunangkunang itu menujuku .

ketika itu bintang biru masih saja merenungi malam .
dan aku masih berdiri tanpa pijakan bumi.

lorong sukmaku mengaduh.
seluruh jiwaku luluh lantak ..
ku tersedu tak menahu kemana langkahku beradu .

jejakan tanah fana nan tandus menggelayutiku.
ronarona pelangi tiada enggan kembali ..

kucoba tersenyum dalam sesalku .
kutatap purnama di musim semi ..
ku membisu lagi .

:: derai derai air mata cinta .
yang kini tak lagi bernyawa,
mengiringi laguku ..
dibalik senja .

ingin hilang ingatan

malam malam syahdu .
terdudukku membelenggu .
terendam senyap kian tak terperii .
dingin menghujam kekalutanku .
menggugah pelita yang masi enggan menyapa .

lukisan lukisan memori yang tersirat ,
mengabur dan terbang ., 

edelweis gugur satu satu .
seiring untaian tangis mungilku .
dalam isak penuh elegi,

aku berucap .

: akankah kembali ?

dilema

kutatap setengah laburan purnama semi.
tertoreh selembar lembayung jelaga tak ternyana .

tatkala itu untaian bintang berbicara .
mereka reka apa yang kurasa .
gelaktawa sang bulan membahana .
menertawakan aku yang tengah menatap mereka .

aku menggeleng .

tak tampak bayangbayang siluet wajahmu .

aku rindu .

katakan padaku bahwa pelangi itu biru .
dan ucapkan padaku asaku tak lagi membeku .

kala belenggu pujangga membuyarkan lamunku .
kala percikanpercikan bisu tak lagi menderu .
ku pejamkan mataku lalu ..


aku tak tahu ..

elegi fatamorgana

sesaat terjerembab di tengah wahana kesunyian .
titiktitik kelabu datang kembali menerkaku .
lalu gumpalan hawa merah merasuki tubuhku .

runtuhlah bisuku kini .
bungkaman peluhku menetes sudah .

aku lelah .

segenap raga ku coba tak ada asa .
enggan bergeming .
tak kukira .. gelaktawa kini hanya sandiwara .
aku mematung seraya memandangi diriku di antara serpihan air mata kecewa .

terngiang akan satu masa itu .
Ah , aku bosan!
tak ada pelangi saat hujan selesai berbicara .
yang tampak hanya fatamorgana semu .
yang tak cantik , juga indah..

aku menunduk .
meringkuk mendekap jiwa fanaku .

akan kemanakah langkah ini beradu ?

kan kujejaki episode demi episode ini .
satu demi satu ..

pencarian (antologi puisi Bengkel Sastra Balai Bahasa Yogyakarta 2008)

siluet kelabu terasing jelaga .

mengintip ,
dari balik belenggu pujangga .,

mendekat 
berbisik ,

: dimanakah dia ?

Minggu, 31 Juli 2011

HILANG satu.

halo kamu.
sudah nyaman ya dengan hidupmu yang kini?
dulu,
seberapa masapun
kita tak bersua
kita masih bersama
mengisi canda
menghapus canda
tidak pudar
tidak layu
tidak pupus
tidak berpendar
tidak pula tenggelam
sembilas belas tahun
berdampingan
bertepikan tembok putih
penghalang
itu bukan alasan
untuk tidak bersua
untuk tidak bercengkrama
dan saling berderma
saat itu
aku tau
ya saat itu
sesuatu terjadi
lambat
cepat
mengusik
menyeruak
merebakkan
sesuatu.
berubah.

sepasang kupu kupu 
yang BIASANYA
hinggap di ranting yang
berkaitan itu 
tak nampak lagi
salah satu dari mereka,
tak sengaja
mengingkari
janji mereka
sendiri